Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti stroke, hipertensi, dan diabetes, mendominasi daftar 10 penyebab kematian utama di Indonesia dengan persentase yang semakin meningkat setiap tahunnya. Pengobatan untuk penyakit ini pun menelan biaya kesehatan hingga ribuan triliun per tahun, baik yang dibiayai melalui Jaminan Kesehatan Nasional maupun melalui pembiayaan pribadi. Jika angka prevalensi tidak mampu dikendalikan, penyakit ini dapat menimbulkan beban ekonomi yang lebih besar di waktu mendatang.
Peningkatan prevalensi PTM, salah satunya diebabkan oleh konsumsi produk-produk yang tidak sehat seperti rokok, minuman beralkohol, serta makanan dan minuman kemasan atau siap saji yang mengandung kalori dalam jumlah tinggi. Komoditas-komoditas ini banyak dikonsumsi karena produsen berhasil memanfaatkan teknologi digital untuk membangun citra produk mereka dengan baik, sehingga masyarakat mengonsumsi produk mereka tanpa benar-benar menyadari bahaya yang dapat ditimbulkan bagi kesehatan.
“Di sini kita melihat ada konflik antara kepentingan untuk menjaga kesehatan masyarakat dengan kepentingan industri yang fokus pada profit. Karena itu, kita perlu aktivisme untuk melawan hal ini secara digital, memanfaatkan teknologi sebagai sarana untuk mempromosikan pencegahan penyakit tidak menular,” ujar dosen Fakultas Kedokteran UGM, dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc, Ph.D, dalam seminar bertajuk eHealth and mHealth for Non-Communicable Disease, Rabu (23/3) di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM.
Seminar diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Informatika Biomedis dalam rangka Dies Natalis Fakultas Kedokteran ke-70, HUT RSUP Dr. Sardjito ke-34, dan HUT RS UGM ke-4. Kegiatan ini bertujuan untuk mengkaji potensi serta mengidentifikasi peluang dan tantangan implementasi pendekatan penanganan kesehatan melalui sarana teknologi informasi dan komunikasi pada praktik pengendalian penyakit tidak menular.
Potensi dari teknologi digital, menurut Yodi, dapat dilihat dalam 7 fungsi, yaitu untuk menciptakan kesadaran masyarakat, membentuk opini publik, mengangkat prevalensi PTM sebagai isu prioritas di ruang publik, mengonsolidasi komunitas-komunitas aktivisme, merencanakan aksi kampanye yang terdesentralisasi, memobilisasi aksi, serta mengambil tindakan melalui petisi, donasi, atau tindakan nyata lainnya.
PTM sendiri merupakan jenis penyakit yang banyak menyerang manusia pada usia produktif yang tidak memiliki gaya hidup yang sehat. Faktor risiko penyakit ini diantaranya adalah kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, kurang mengonsumsi sayur dan buah, konsumsi minuman beralkohol, serta obesitas sentral.
Mengingat urgensi pengendalian PTM, kementerian kesehatan menjadikan penyakit ini sebagai salah satu prioritas untuk ditangani. “Hal ini sudah tercantum dalam arah pembangunan kesehatan untuk tahun 2005-2024 yaitu dengan strategi preventif dan promotif,” ujar Staf Subdit Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, Punto Dewo, SKM.
Punto mengimbau masyarakat untuk meningkatkan gaya hidup sehat dengan 6 tindakan yang disingkat sebagai ‘CERDIK’, yaitu cek kondisi kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin melakukan aktivitas fisik, diet sehat dengan jumlah kalori seimbang, istirahat yang cukup, serta kendalikan stres. (Humas UGM/Gloria)