Lagu perjuangan nasional Indonesia saat ini jarang diputar maupun dinyanyikan, dan hanya diperdengarkan pada hari-hari besar negara ataupun upacara. Bahkan, pamornya semakin meredup dan tergeser oleh lagu-lagu populer yang ada saat ini.
Kepala Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM, Dr. Heri Santoso, mengatakan saat ini terdapat kecenderungan masyarakat mulai kehilangan memori kolektif terhadap kehidupan berbangsa. Salah satunya ditandai dengan banyaknya generasi muda yang tidak hafal terhadap lagu-lagu perjuangan Indonesia.
“Banyak anak muda yang tidak hafal lagu nasional apalagi disuruh untuk memimpin paduan suara,” katanya, Selasa (5/4) di Ruang Multimedia UGM saat Pelatihan Teknik Manajemen Paduan Suara Lagu Perjuangan.
Tidak hanya itu, Heri juga menyampaikan tidak sedikit generasi muda yang tidak hafal teks Pancasila. Ada temuan di tiga SMA di DIY, sebanyak 100 siswa diminta menulis teks Pancasila secara benar dan urut, tidak ada satu pun yang menghafalkan dengan benar.
“Hal ini tentunya sangat memprihatinkan,” tuturnya
Berawal dari keprihatinan tersebut, PSP UGM berupaya untuk membangun kembali kecintaan generasi muda terhadap lagu kebangsaan melalui pelatihan manajemen paduan suara lagu perjuangan. Pelatihan ditujukan untuk membangun kesadaran pentingnya nilai-nilai Pancasila lewat lagu-lagu perjuangan.
Pelatihan tersebut diikuti sekitar 40 peserta dari berbagai kalangan seperti kelompok paduan suara, guru, mahasiswa, serta masyarakat umum. Sebagian besar berasal dari Pulau Jawa antara lain Tangerang, Tulung Agung, Temanggung, Klaten, dan Yogyakarta.
Heri tidak memungkiri bahwa minat remaja saat ini sangat kurang terhadap lagu-lagu perjuangan. Generasi muda cenderung menyukai lagu-lagu yang tengah populer di dunia ketimbang menghafal dan menyanyikan lagu-lagu nasional.
“Padahal dibalik lagu-lagu perjuangan mengandung hikmah, pesan, dan amanat kebangsaan yang tidak bisa diwakili oleh lagu-lagu pop yang diperdengarkan sehari-hari di media,” jelasnya.
Karenanya ditekankan Heri pentingya untuk menghidupkan kembali lagu-lagu perjuangan di kalangan generasi muda. Harapannya, memori kolektif bangsa tidak akan pudar dan hilang digantikan oleh kepentingan pasar atau lainnya.
“Ini menjadi tanggung jawab bersama untuk menghidupkan lagu-lagu perjuangan karena lagu ini masuk lewat rasa sehingga lebih mudah dirasakan,”tegasnya.
Sementara itu, Wisnu Mintargo, alumnus Prodi Seni Pertunjukan & Seni Rupa Sekolah Pasca Sarjana UGM, menyampaikan hal senada. Lagu-lagu perjuangan menjadi sesuatu yang tidak dicintai generasi muda saat ini. Mereka hanya sekadar menghafal dan menyanyikan lagu perjuangan jika ada upacara di sekolah atau memperingati hari-hari besar nasional.
“Hal ini terjadi karena terbatasnya pemahaman terhadap isi dan makna yang terkandung dari lagu-lagu perjuangan,” ujarnya.
Wisnu mengatakan generasi muda menganggap budaya asing lebih tinggi dibanding budaya sendiri sehingga mereka kurang mencintai lagu-lagu perjuangan Indonesia. Padahal, nilai-nilai yang terkandung dalam syair lagu-lagu perjuangan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada lagu pop yang bernuansa cinta. Pada masa pra kemerdekaan lagu perjuangan memiliki makna yang bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, toleransi, serta kesatuan persatuan. Sementara pada pasca kemerdekaan, makna yang terkandung dalam syair lagu mengandung tema patriotisme, keberanian, kebanggaan terhadap kemerdekaan Indonesia.
“Lagu perjuangan merupakan sarana untuk menghimpun rasa persatuan dan cinta tanah air di saat Indoensia menghadapi tantangan di setiap zaman,” jelas dosen ISI ini.
Sementara itu, paduan suara sebagai tempat untuk menyatukan kebersamaan, toleransi, dan persaudaraan membangun semangat cinta tanah air menghadapi globalisasi. Oleh karena itu, Wisnu menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mengembangkan paduan suara dan peran sosial lagu-lagu perjuangan untuk meningkatkan karakter.
Ki Priyo Dwiarso dari Gelora Bahana Patria menyampaikan bahwa lagu perjuangan dan lagu nasional merupakan salah satu alat dalam membina karakter bangsa. Menurutnya, lagu memiliki kekuatan yang lebih berpengaruh daripada propaganda politikus.
“Siapapun yang menyanyi dan mendengarkan lagu perjuangan dengan penuh penghayatan akan terbina rasa bela negaranya,” katanya. (Humas UGM/Ika)