Dalam masyarakat global, pembangunan jaringan dan kerja sama lintas batas negara menjadi hal yang cukup vital agar negara tersebut mampu bertahan menghadapi tantangan di masa mendatang, termasuk dalam konteks ASEAN dan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Pemberlakuan masyarakat ekonomi ASEAN telah membawa berbagai peluang bagi peningkatan aktivitas lintas batas negara, termasuk juga peluang bagi perguruan tinggi di berbagai negara untuk saling bertukar ide dan sumber daya manusia. Di samping itu, mereka juga bisa saling bekerja sama dan berkontribusi bagi masyarakat lokal dan global.
Pada tahun 2014, total populasi masyarakat di ASEAN mencapai 622 juta orang, dan lebih dari setengahnya berusia di bawah 30 tahun. Tingginya jumlah populasi yang lebih muda ini menghadirkan peluang untuk mendorong kemajuan ekonomi di masa mendatang. Di saat yang sama, kondisi ini juga memunculkan berbagai macam risiko jika para generasi muda tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, institusi pendidikan tinggi di ASEAN perlu menyediakan akses terhadap pendidikan, pelatihan, dan pelayanan masyarakat yang berkualitas melampaui wilayah negaranya masing-masing untuk mencapai tujuan pembangunan wilayah ASEAN.
Semangat ini menjadi latar belakang diadakannya Seminar on Internationalization 2016: Malaysia & Indonesia “Borderless Education”, Jumat (8/4) di University Club UGM. Kegiatan terselenggara atas kerja sama antara Universitas Gadjah Mada dan Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM). “Batas-batas yang ada di dalam pikiran mungkin lebih kuat daripada batasan fisik antarnegara. Karena itu, sebelum kita mendorong orang-orang untuk melintasi batas negara secara fisik, kita perlu terlebih dahulu mendorong mereka melewati batasan yang ada dalam pikiran,” ujar Wakil Rektor UTHM Bidang Akademik dan Urusan Internasional, Prof. Dr. Wahid bin Razzaly.
Institusi perguruan tinggi kini mengemban tanggung jawab untuk membentuk arah dari pembangunan regional, misalnya dengan meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada di wilayah ASEAN. Selainh itu, juga menyediakan pendidikan yang berkualitas, mendukung komunitas melalui program pengabdian masyarakat, serta mengusulkan kebijakan-kebijakan yang mengangkat isu hak asasi manusia dan persoalan lingkungan dalam sebuah semangat pendidikan lintas batas yang sesuai dengan konteks keunikan dan keberagaman ASEAN. Untuk itu, seminar ini menjadi salah satu kesempatan bagi perguruan tinggi untuk saling berdiskusi dan membicarakan rancangan kebijakan yang dapat membentuk masa depan dari generasi muda di ASEAN.
“Sangat penting bagi UGM untuk menjalin kerja sama dengan universitas-universitas di ASEAN termasuk UTHM, tidak hanya untuk berbagi pengetahuan, tetapi juga untuk saling membagikan pengertian dan menjunjung nilai-nilai budaya, mengingat kedua negara juga memiliki kedekatan dalam hal ini. Saya harapkan kita dapat melangsungkan diskusi yang produktif untuk membangun kolaborasi di masa mendatang,” jelas Direktur Kemitraan, Alumni, dan Urusan Internasional UGM, Dr. Anna Marie Wattie, M.A. (Humas UGM/Gloria)