Dusun Gunung Kukusan, Hargorejo merupakan salah satu daerah di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, yang memiliki potensi sumber daya alam kelapa cukup melimpah. Namun, keterbatasan sumber daya manusia di wilayah itu menjadikan potensi kelapa ini belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satunya adalah bagian sabut kelapa yang belum banyak dimanfaatkan dan hanya dibuang begitu saja.
Kenyataan tersebut mendorong sejumlah mahasiswa Fakultas Teknik (FT) UGM, yakni Yofrizal Alfi, Fikri Muhammad , Yulisyah Putri Daulay , Putu Sri Ronita Dewi, dan Verna Ardhi Hafsari memberikan bimbingan teknologi kepada warga setempat untuk mengolah sabut kelapa. Mereka memberikan bimbingan dan pelatihan pengolahan sabut kelapa menjadi coco fiber dan menjadikannya produk yang bernilai ekonomis. Program pendampingan pengolahan coco fiber ini berhasil mendapatkan dana hibah dari Dirjen Dikti serta dipresentasikan dalam International Conference on Community Service pada 8-10 April 2016 kemarin.
Fikri menyebutkan di dusun Gunung Kukusan terdapat 160 kepala keluarga. Rata-rata setiap kepala keluarga memiliki sekitar 14-40 pohon kelapa. Berlimpahnya pohon kelapa ini menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian utama warga setempat.
“Sabut kelapa di Gunung Kukusan sangat berlimpah, tapi produk sisa penjualan buah kelapa ini hanya ditumpuk dan menjadi sampah. Belum ada yang memanfaatkannya lebih lanjut menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis,” kata Fikri, Senin (11/4) di Fakultas Teknik UGM.
Melihat kondisi tersebut kelima mahasiswa ini berinisiatif menggandeng masyarakat Gunung Kukusan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi sabut kelapa. Masyarakat setempat pun sangat antusias menyambut sejumlah program yang mereka kembangkan.
Program yang telah dijalankan pada awal Maret 2016 lalu ini adalah memberikan pelatihan pengolahan kelapa menjadi coco fiber sebagai pengisi bantal atau guling, pembuatan sarung bantal atau guling, dan pemasaran produk. Disamping memberikan pelatihan, mereka juga melakukan pendampingan dalam pelaksanaan program.
“Produk yang dihasilkan berupa bantal dan guling yang kami namai O Coco dengan sarungnya bermotifkan tema Indonesia,”ujarnya.
Fikri menjelaskan untuk mendapatkan serabut kelapa yang baik sebelumnya perlu dilakukan proses perendaman sabut kelapa selama tiga hari. Selanjutnya, dilakukan pemisahan serabut kelapa dengan serbuk halus sabut kelapa saat proses penghancuran sabut kelapa. Setelah diperoleh coco fiber lalu diberikan tambahan aroma terapi seperti kayu manis dan cengkeh kemudian dikeringkan .
Dengan pemanfaatan limbah sabut kelapa ini dinilai mampu meningkatkan nilai ekonomis dari sabut kelapa. Setelah limbah sabut kelapa diolah menjadi bantal atau guling dari coco fiber bisa memiliki nilai ekonomis. Satu bantal mereka jual mulai Rp30 ribu – Rp40 ribu sesuai dengan desain dan ukuran.
“Sementara ini untuk pemasaran kita akan lakukan melalui media sosial dan mengikuti berbagai pameran/expo,” terangnya.
Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM M) UGM ini Fikri berharap mampu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan warga dusun Gunung Kukusan. Selain itu, juga bisa menjadi pusat pengolahan limbah sabut kelapa menjadi coco fiber yang dikenal secara luas. (Humas UGM/Ika)