UGM merancang fasilitas sosial dan belajar luar ruang yang didesain nyaman bagi seluruh civitas academika UGM. Fasilitas ini dilengkapi dengan WIFI, tempat belajar dan berdiskusi, stasiun sepeda, kantin yang sehat, serta ruang terbuka hijau untuk aktivitas akademik maupun nonakademik lainnya. Selain itu, fasilitas ini juga sebagai sarana interaksi antarmahasiswa, dosen, peneliti dari berbagai latar belakang (keilmuan).
Direktur Perencanaan dan Pengembangan UGM, Sulaiman, S.T., M.T., D.Eng., mengatakan infrastruktur kampus UGM dikembangkan untuk memberikan suasana belajar multi-disiplin yang berkewirausahaan sekaligus memfasilitasi interaksi warga kampus dengan masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan kebutuhan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya akan adanya area terbuka hijau yang semakin langka.
“Kampus UGM di Bulaksumur merupakan satu-satunya ruang terbuka publik yang relatif hijau, yang selalu dipergunakan masyarakat luas untuk berolah raga, piknik keluarga dan tempat bersosialisasi. Selain itu, kampus UGM juga berperan sebagai lahan resapan air dan pengendali banjir, serta paru-paru Kota Yogyakarta dan sekitarnya,” kata Sulaiman, Senin (11/4).
Sulaiman menambahkan situasi beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa kampus UGM semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Akibatnya, suasana kampus kurang kondusif bagi proses belajar mengajar maupun pengembangan kampus yang ramah lingkungan dan bersahabat bagi penggunanya. Hal ini terjadi karena pengembangan ruang terbuka hijau di sekitar klaster Sosiohumaniora yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas tersebut belum dapat direalisasikan.
Untuk itulah, lanjut Sulaiman, UGM saat ini tengah melakukan pengembangan kawasan Sosiohumaniora. Pembangunan infrastruktur dilakukan di Fakultas Psikologi, Fakultas Filsafat, dan Fakultas Sosial Politik, dan segera menyusul pembangunan Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
“Infrastruktur penunjang berupa fasilitas sosial dan belajar luar ruang harus segera direalisasikan agar infrastruktur pendidikan lebih komprehensif dan dapat dinikmati oleh civitas academika UGM maupun masyarakat,” katanya.
Di sisi lain, penyediaan kantin yang sehat juga menjadi salah satu prioritas UGM. Kampus UGM memiliki lebih dari 55 ribu mahasiswa, 8 ribu pegawai, dan 2.500 dosen. Jumlah kantin tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh civitas academika, harganya relatif kurang terjangkau sehingga mendorong untuk memilih kantin yang kurang sehat. Akibatnya, beberapa tahun lalu sebagian civitas academika menderita hepatitis dan kolesterol yang tinggi. Selain membahayakan kesehatan, kondisi tersebut menyebabkan mereka kurang sehat secara fisik sehingga akan berdampak pada masa depan mereka.
“Untuk itulah ruang terbuka hijau khususnya di kawasan Sosiohumaniora saat ini tengah kita tata,”tegas Sulaiman (Humas UGM/Satria)