Pusat Studi Asia Pasifik Universitas Gadjah Mada (PSAP UGM) bekerjasama dengan Pemerintah Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar diskusi bertema Desa Partisipatif, Tangguh dan Berkelanjutan, Selasa (12/4). Kegiatan ini merupakan salah satu wujud Pengabdian kepada Masyarakat untuk desa mitra PSAP UGM.
Diskusi yang diadakan di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Tomon Haryo Wirosobo (Kepala Desa Wonokerto), Ir. Joko Supriyadi, M.Cs. (Fakultas Kehutanan UGM), dan Totok Dwi Diantoro, S.H., M.A., L.L.M (Fakultas Hukum UGM). Diskusi dipandu moderator Ratih Pratiwi Anwar, SE., M.Si, peneliti PSAP UGM dan dibuka Staf Ahli PSAP UGM bidang antropologi, Prof. PM. Laksono, MA.
Bupati Sleman Drs. H. Sri Purnomo, M.Si, dalam sambutannya berharap diskusi ini menjadi forum pembelajaran bagi desa-desa yang sejenis dengan Desa Wonokerto. Dengan demikian, kegiatan ini diharapkan sebagai pembuka kepada semua pihak yang ingin menjalin kerja sama dengan Desa Wonokerto.
“Bagi Desa Wonokerto diskusi ini tentu menjadi forum sekaligus masukan dari berbagai stakeholders menuju Desa Partisipatif, Tangguh dan Berkelanjutan yang menjadi salah satu strategi Pemerintah Desa Wonokerto dalam meningkatkan kapasitas internal perencanaan pembangunan desa sesuai dengan paradigma Desa Membangun,” kata Bupati.
Menurut Bupati kerja sama dengan berbagai pihak tentu menjadi kata kunci bagi Desa Wonokerto yang memiliki karakteristik “istimewa”. Disamping potensi sumber daya, Desa Wonokerto juga memiliki risiko bencana yang beragam, seperti erupsi gunung berapi, tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung dan lain-lain.
Meski telah ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana, namun Desa Wonokerto masih belum tersentuh oleh program pemerintah. Oleh karenanya, Pemerintah Desa Wonokerto berinisiatif untuk mengelola risiko bencana dengan mengaktifkan peran serta masyarakat desa agar menjadi tangguh dalam melakukan deteksi dini bencana, pencegahan, tanggap darurat dan rekonstruksi pasca bencana.
“Pengelolaan sumber daya menjadi hal penting dilakukan karena sumber daya alam seperti pasir di Desa Wonokerto belum dikelola sendiri oleh masyarakat. Karena itu, perlu mendorong partisipasi masyarakat untuk mencegah kebocoran sumber daya (resources drain),” ungkap Bupati.
Prof. PM. Laksono, MA, Staf Ahli PSAP UGM, menambahkan sebelum pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Desa Wonokerto sesungguhnya telah memfasilitasi mobilitas tenaga kerja. Dari desa ini, sudah banyak sumber daya manusia yang bekerja di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
“Dengan meningkatkan partisipasi dan ketangguhan masyarakat dalam mengelola risiko bencana dan sumber daya lokal diharapkan dapat mewujudkan pembangunan Desa Wonokerto yang berkelanjutan,” ujar PM. Laksono.
Sementara itu, Sistem Informasi Desa (SID), kata Laksono, menjadi pintu masuk bagi partisipasi masyarakat dalam membangun desa yang tangguh dan berkelanjutan. Sistem Informasi Desa berperan penting dalam perencanaan pembangunan desa.
Meski begitu, keberadaan SID perlu dikelola dengan baik supaya tidak memberikan dampak yang buruk pada otonomi desa dan kemanusiaan. Sebab, SID dapat meningkatkan interkonektivitas desa dengan sistem ekonomi global.
“Tentu saja, tidak hanya SID diperlukan pula partisipasi masyarakat dalam rangka menuju desa tangguh dan berkelanjutan. Karena itu, dituntut kinerja pemerintah desa yang efisien, efektif, terbuka, profesional dan bertanggungjawab,” imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)