Pendidikan tinggi telah sejak lama dipercaya menjadi kekuatan pendorong kemajuan masyarakat. Kegiatan riset dan inovasi di dalamnya diharapkan dapat mendorong pembangunan ekonomi melalui pemanfaatan produk dan inovasi yang dihasilkan. Tidak hanya itu, peran sebuah institusi pendidikan tinggi terhadap pembangunan ekonomi juga terletak pada penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas, atau dengan kata lain, pembangunan ekonomi melalui investasi terhadap sumber daya manusia.
Salah satu aspek penting dari pembangunan ekonomi, menurut CEO dan pendiri Six Capital, Patrick Teng, adalah menjaga nilai mata uang. “Stabilitas mata uang sebuah negara berintegral terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonominya. Karena itu, sangat penting bahwa kita dapat mengeksplorasi hal ini untuk memastikan bahwa sebagai masyarakat siap untuk menghadapi tantangan di masa depan,” ujarnya dalam Dinner Talk Show bertajuk Sovereignty and Currency: Empowering the Indonesian Rupiah yang diselenggarakan UGM bersama Six Capital, Senin (11/4) di Hotel Tentrem.
Dialog ini menjadi sarana untuk mempertemukan tiga pihak, yaitu universitas, perusahaan swasta, dan pemerintah, dengan tujuan untuk mengumpulkan pemikiran yang komprehensif terhadap isu pembangunan ekonomi. Dalam hal ini, menurutnya, perguruan tinggi perlu berada di garis depan untuk menjaga kekuatan negara.
Pembahasan mengenai peran perguruan tinggi dalam pembangunan ekonomi kemudian dilanjutkan dalam seminar yang menghadirkan Dr Gordon Hewitt CBE, FRSE, pakar administrasi bisnis dari University of Michigan, sebagai pembicara. Dalam seminar yang diselenggarakan Selasa (12/4) di Balai Senat ini, ia menekankan pentingnya kolaborasi yang sinergis antara institusi pendidikan tinggi dan industri demi mencapai tujuan pembangunan ekonomi.
“Jarak antara universitas dan industri perlu dihilangkan untuk mewujudkan Indonesia yang cerdas dan sukses,” paparnya.
Saat ini, industri berada di dalam suatu kondisi yang ia sebut sebagai ‘permainan baru’, ketika perusahaan startup baru dengan skala kecil mampu menyisihkan perusahaan-perusahaan besar yang lebih mapan. Hal ini terjadi karena startup baru tersebut bukan sekadar menghasilkan produk, melainkan mampu menciptakan suatu tren tersendiri. Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar yang tetap berpegang pada asumsi-asumsi tradisional pada akhirnya hanya menjadi pengikut dan secara perlahan mulai ditinggalkan.
Konteks masyarakat yang dinamis, di mana teknologi bergerak cepat dan ilmu pengetahuan terus berkembang, semakin memperjelas pentingnya kerjasama antara institusi pendidikan tinggi dan industri. Pendidikan tinggi menjadi ladang penciptaan inovasi yang dapat dimanfaatkan oleh industri, dan di saat yang sama industri dapat membawa hasil riset untuk dapat diterapkan di dalam masyarakat.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) UGM, drg. Ika Dewi Ana,M.Kes., P.Hd., mengakui bahwa perkembangan dunia yang dinamis merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Namun, menurutnya, UGM telah berupaya menjawab tantangan tersebut melalui inovasi akademik dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang dijalankan. (Humas UGM/Gloria)