Saat ini telah banyak bukti yang menunjukkan keberhasilan perempuan dalam kegiatan usaha di bidang peternakan dan pertanian. Peran besar tersebut dilakukan perempuan mulai dari mengolah pakan hingga hidangan siap saji.
“Memang peran yang tidak kelihatan, namun sangat memakan waktu yang sangat besar,” ujar Ir. Yuni Mundari, MMA pada Seminar Nasional “Menumbuhkan Perempuan Pejuang yang Mandiri dan Kompetitif dalam Pembangunan Peternakan, di Auditorium Drh. R. Soepardjo Fakultas Peternakan UGM, Rabu (20/4).
Sebagai penyuluh pertanian madya Kabupaten Sleman, Yuni mengaku tidak sedikit perempuan terjun langsung dalam bidang pertanian dan peternakan. Sayangnya, para wanita tani belum banyak yang berkelompok.
“Di Sleman tidak lebih 10 persen yang berkelompok. Sebagian besar perempuan bekerja di olahan terutama sayur-sayuran. Selain itu, mereka juga terlibat di berbagai jenis kegiatan diantaranya pada penguatan modal dan pengolahan pekarangan,” papar Yuni.
Sementara itu, ketua Tim Penggerak PKK Kota Yogyakarta, Tri Kirana Muslidatun, S.Psi., mengatakan tantangan peran perempuan di era global semakin berat. Pemberlakuan MEA menjadikan perdagangan tanpa batas, antar negara-negara Asia bisa terjadi tradding dan kemungkinan penghapusan pajak.
“Tentu saja pada akhirnya tidak hanya produk yang bersaing namun juga tenaga kerja,” ucap Tri Kirana.
Tri Kirana mengingatkan fenomena munculnya pertukaran tenaga kerja di Asia. Penawaran tarif yang tidak terlalu tinggi tenaga kerja dari Pakistan dan Philipina tentu akan menjadi ancaman tenaga kerja yang bermalas-malasan.
Para tenaga kerja tersebut mulai dari dokter, ners hingga penjaga toko. Bahkan, bisa saja suatu ketika mereka masuk sektor pertanian dan peternakan.
“Ini perlu diwaspadai karena pertanian bisa bergeser. Oleh sebab itu, perlu kegigihan dan ketekunan karena persaingan bukan lagi pertanian Gunung Kidul dengan Kulonprogo, Sleman atau sebaliknya, namun bersaingnya dengan Philipina atau Malaysia,” jelasnya.
Dekan Fakultas Peternakan, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., menyambut baik pelaksanaan seminar untuk memperingati Hari Kartini tahun 2016. Meski masih menghadapi banyak tantangan, kaum perempuan dinilai telah banyak menunjukkan keberhasilan dalam kegiatan usaha di bidang peternakan.
“Memang perlu dilakukan upaya-upaya untuk memotivasi kaum perempuan untuk bisa berkontribusi lebih banyak dalam kegiatan ekonomi produktif, diantaranya melalui seminar,” kata Ali Agus.
Selain untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan perempuan dan menggali best practice para pelaku pemberdayaan perempuan dalam pengembangan sektor agro berbasis peternakan, seminar digelar untuk merangkum informasi prioritas kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan perempuan di bidang agro. Karena itu, dengan penyelenggaraan seminar ini diharapkan menumbuhkan semangat juang perempuan untuk semakin berpartisipasi aktif dalam pembangunan. (Humas UGM/ Agung)