Perjalanan yang tidak mengenal lelah dijalani Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., Ph.D., dalam memperjuangkan eksistensi Bidang Ilmu Pendidikan Kedokteran di Indonesia. Perjuangan itupun kini berbuah manis. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni, Fakultas Kedokteran UGM ini dikukuhkan sebagai Guru Besar .
Bagi Prof. Ova Emilia menjadi suatu yang istimewa karena dirinya dikukuhkan sebagai Guru Besar Pertama Bidang Pendidikan Kedokteran di Indonesia. Selain itu, pengukuhan berlangsung tepat di Hari Kartini, Kamis (21/4) di ruang Balai Senat UGM.
Pengukuhan ini tentu menjadi gerbang perubahan, sekaligus menandai pengakuan profesi dokter di Bidang Pendidikan Kedokteran. Dengan pengukuhan ini pula menjadi kabar gembira bagi semua pihak yang kini menekuni Bidang Ilmu Pendidikan Kedokteran.
“Jika Bidang Pendidikan Kedokteran semula masih belum mendapat perhatian yang baik, kini dengan pengukuhan ini maka karier seorang ahli Pendidikan Kedokteran mulai mendapat pencerahan akan masa depannya,” ujar Ova Emilia.
Dengan jabatan baru yang disandangnya sebagai Guru Besar, Ova Emilia tidak menolak jika dirinya disebut Guru Besar “Kurikulum Pendidikan Dokter”. Dirinya sangat percaya dengan bidang ilmu yang digeluti mampu menghasilkan seorang dokter yang bukan hanya sebagai seorang pelayan klinik, namun juga sebagai pendidik.
Meski telah mendapat pengakuan, sejumlah tantangan masih menghadang di depan. Diantaranya, bagaimana menghasilkan lulusan dokter yang berkualitas karena tidak sedikit dari para dokter baru diragukan kompetensinya.
“Saat ini ada 83 Fakultas Kedokteran di Indonesia, 31 di PTN selebihnya PTS. Dengan kualitas yang bermacam-macam, tentu sangat berisiko karena ini menyangkut kesejahteraan kesehatan masyarakat,” tutur ibu empat orang anak ini.
Karena itu, diakhir pidato pengukuhan berjudul Pendidikan Kedokteran: Perkembangan dan Tantangan, Ova Emilia mengajak semua pihak baik akademisi di Fakultas Kedokteran maupun praktisi kedokteran, termasuk Kementerian Kesehatan, untuk bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan dokter. Semua itu dilakukan demi kesejahteraan masyarakat Indonesia.
“Life-long learning merupakan kontrak yang tidak bisa ditawar saat seseorang memilih profesi dokter. Begitu pula dengan life-long innovation dalam pendidikan kedokteran merupakan keniscayaan seiring perubahan yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan. SDM andal yang dihasilkan oleh pendidikan kedokteran berkualitas tentu diharapkan menghasilkan pelayanan yang prima,” tandas Ova Emilia. (Humas UGM/ Agung)