Pemenuhan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) anak sangatlah penting. Pasalnya, 1000 hari pertama kehidupan ini merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan anak. Kegagalan pemenuhan asupan gizi sejak bayi dalam kandungan hingga usia 2 tahun bisa memengaruhi kecerdasan dan kesehatan anak di masa berikutnya. Tidak hanya berisiko mengalami penurunan kecerdasan, tetapi juga rentan terhadap berbagai penyakit.
Sayangnya, saat ini kesadaran akan pentingnya asupan gizi yang tercukupi pada 1000 hari pertama kehidupan di masyarakat, khususnya ibu dan calon ibu, masih kurang. Tidak sedikit terjadinya kasus-kasus kekurangan gizi di Indonesia justru terjadi pada periode ini.
Prihatin terhadap persoalan itu, lima mahasiswi UGM, yaitu Eria Riski Artanti (Ilmu Keperawatan), Aprilia Ayu Sholihati Nafisah (Gizi Kesehatan), Melinda Diah Asmoro (Ilmu Keperawatan), Nisrina Maulida Rozanti (Pendidikan Dokter), dan Yuni Rahmawati (Kebidanan) berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemenuhan asupan gizi di periode keemasan anak. Mereka memberdayakan kader posyandu dalam pelaksanaan program penyebarluasan informasi terkait pentingnya pemenuhan nutrisi seimbang selama 1000 hari pertama kehidupan anak. Setidaknya ada 30 orang kader posyandu yang terlibat dalam kegiatan ini, antara lain dari Dusun Toragan, Dusun Gansekan, dan Dusun Kalongan, Desa Tlogodadi, Kecamatan Mlati, Sleman.
Erika mengatakan upaya yang dilakukan bersama empat temannya itu terinspirasi dari sosok Kartini yang memperjuangkan kesetaraan kaum wanita. Kaum wanita pada masanya mengalami keterpurukan akibat rendahnya pendidikan mereka. Kartini pun meninggal di usia yang masih sangat muda karena mengalami perdarahan saat hamil. Kondisi Kartini kala itu secara tidak langsung menunjukkan rendahnya pengetahuan wanita di masa itu, khususnya mengenai kesehatan, yang dapat berdampak fatal bagi diri mereka sendiri. Berbagai upaya telah Kartini tempuh demi mewujudkan kaum wanita yang terdidik sehingga kaum wanita memiliki aktualisasi diri yang dapat setara dengan pria.
“Kisah Kartini inilah yang menginspirasi kami menjadi penerus Kartini untuk memberdayakan kader Posyandu sebagai ujung tombak penentu keberhasilan program 1000 HPK demi menciptakan generasi sehat Indonesia,” urainya, Jum’at (22/4) di Kampus UGM.
Kelima mahasiswi muda yang tergabung dalam tim PKM Pengabdian Masyarakat “”Kader Mahir Gizi Terlatih Indonesia”” atau yang diaebut KARTINI ini mengusung mengusung tema 1000 HPK yang merupakan program pemerintah untuk menghasilkan generasi bangsa yang berkualitas. Program 1000 HPK bermaksud untuk menciptakan generasi yang sehat dengan mencukupi kebutuhan gizi pada masa 270 hari kehamilan dan 730 hari setelah bayi lahir.
Terdapat empat program yang dijalankan tim Kartini. Program pertama, tim KARTINI mengusung tema konsep 1000 HPK pada masa pre-nata atau sebelum melahirkan. Sedangkan untuk tiga kegiatan lainnya, tema yang diusung tiap sesinya adalah konsep 1000 HPK pada masa post-natal (setelah lahir hingga anak usia dua tahun), pentingnya gizi di masa 1000 HPK, dan konsep posyandu ideal. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan KARTINI ini antara lain dengan melakukan penyuluhan, praktik memasak makanan bayi, simulasi/workshop teknik menyusui dan pengukuran antropometri.
“Selain itu, juga melakukan edukasi langsung oleh kader kepada masyarakat dengan cara kunjungan door to door,”tuturnya
Masyarakat pun menyambut positif program-program yang mereka sosialisasikan. Hal ini terlihat dari antusiasme peserta saat mengikuti kegiatan.
Dalam melakukan penyuluhan, mereka menggandeng ahli gizi dari Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI). Salah satunya adalah Dr. dr. Emy Huriyati, M.Kes., yang telah memberikan penyuluhan pada kader posyandu beberapa waktu lalu. Selain penyuluhan, tim Kartini juga menyampaikan materi dalam kegiatan games, yaitu permainan “Kader Pintar” dengan menggunakan kartu bergambar. Mereka juga melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dengan kasus yang telah disusun oleh mahasiswa.
“Dalam pelaksanaan program kami dibantu oleh beberapa mahasiswa profesi yang saat itu sedang melakukan praktek lapangan,” imbuh Melinda.
Melinda mengatakan mereka juga menjalin kerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Gizi (HIMAGIKA) UGM. Kedepan, mereka juga akan bekerjasama dengan puskesmas setempat dalam pelaksanaan program.
“Untuk selanjutnya kami akan berupaya bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk dapat menjadikan program ini sebagai suatu program yang dapat dilaksanakan di dusun lainnya. Harapannya program ini bisa berjalan secara berkelanjutan di masyarakat,” tutupnya. (Humas UGM/Ika)