Sehebat apapun parameter yang ditetapkan, tujuan pembangunan tetaplah mengarah pada tiga hal pokok yaitu pengentasan kemiskinan, pengurangan pengangguran dan kelestarian sumber daya alam. Daya dukung alam ini diharapkan terus dilestarikan dan berlanjut karena bagaimanapun lingkungan alam yang menyuplai semua kebutuhan hidup manusia.
Demikian disampaikan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, saat memberi kuliah umum di Fakultas Isipol UGM, Senin (25/4). Kuliah umum yang disampaikan bertema Reformasi Birokrasi Dalam Menopang Pembangunan Jawa Barat, “Spirit Kejujuran dalam menghela Layanan Bermutu dan Akuntabel”.
“Bagaimanapun alam yang memenuhi kebutuhan kita, dari pangan, sandang hingga papan. Kehidupan kita menyeluruh ternyata dari alam semesta ini. Karena itu bayangkan jika alam ini rusak, tentu tidak bisa lagi menyuplai kebutuhan hidup kita. Karena itu mutlak pembangunan harus melestarikan sumber daya alam yang ada,” katanya.
Oleh karena itu, ia menyambut baik kehadiran teori green economy (environmental economy). Pendekatan teori ekonomi ini mengajak manusia merekayasa pembangunan tanpa melakukan kerusakan lingkungan alam sedikit pun.
“Pendekatan ini tentu sangat berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Dalam teori ekonomi lama wajar jika terjadi kerusakan dalam rangka pembangunan. Pemikiran-pemikiran semacam ini tentu sangat berahaya,” papar Aher, panggilan akrab Ahmad Heryawan.
Meskipun memiliki jumlah sawah yang tidak terlalu banyak, Jawa Barat hingga kini menjadi distribustor pangan paling tinggi. Jawa Barat hanya memiliki luasan sawah sebesar 925 hektar, sementara Jawa Tengah mencapai 1,1 juta hektar dan Jawa Timur 1,2 juta hektar.
“Tapi karena produktivitas per hektar paling tinggi, maka Jawa Barat masih menjadi penghasil padi terbesar di Indonesia,” katanya.
Aher meyakini pendidikan memberi pengaruh pada kesejahteraan masyarakat. Ia mengambil data dari UNESCO yang menunjukkann bahwa pendidikan memberi pengaruh 0,94 terhadap kemakmuran dan daya beli.
Secara nyata, pendidikan berpengaruh terhadap daya beli seseorang dan peningkatan kesejahteraan seseorang di atas 94 persen. Hal ini tentu sangat signifikan dengan munculnya kelas menengah baru di Indonesia.
“Munculnya kelas menengah baru itu kan gara-gara pendidikan. Ketika pendidikan belum maju, kelas menengah tidak berkembang dengan pesat, tapi begitu pendidikan pesat pertumbuhan kelas menengah mengalami peningkatan yang pesat”, imbuhnya.
Usai mengisi kuliah umum di Fisipol, Aher kemudian menyempatkan bertemu Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa masalah yang masih dihadapi Jawa Barat, seperti intoleransi, pengelolaan air bersih hingga sampah. Pada kesempatan itu, Aher juga menyoroti pemborosan yang masih sering terjadi, baik dalam diskusi, rapat, ataupun perjalanan dinas pejabat di tingkat provinsi dan kota (Humas UGM/Agung-Desi)