Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir mengapresisasi hasil riset UGM dalam pengembangan teknologi nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia dalam upaya pemberantasan penyebaran penyakit demam berdarah dengue. Menurut Nasir riset ini sudah diaplikasikan di beberapa lokasi di DIY dan memberikan hasil yang signifikan. Oleh karena itu, dirinya akan mengupayakan agar program ini juga diterapkan di daerah lain di luar DIY. “Apabila selesai dan sukses nanti, saya minta Menkes agar bisa disebar di seluruh Indonesia,” kata Nasir saat berdialog dengan warga Dusun Kronggahan II, Kabupaten Sleman, yang selama ini menjadi tempat penyebaran nyamuk ber-Wolbachia sejak 2014 lalu, Selasa (26/4).
Menurut Nasir ia sudah meninjau langsung laboratorium pengembangbiakan nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia di kampus UGM. Penelitian yang sudah dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir ini sudah mendapatkan hasil yang cukup memuaskan dalam pemberantasan demam berdarah dengue. “Riset ini sudah berjalan lama dan sudah menuai hasil yang bermanfaat bagi masyarakat. Nanti saya minta UGM memproduksi nyamuk yang bermanfaat untuk pembasmian demam berdarah,” ujarnya.
Seperti diketahui, bakteri Wolbachia dalam tubuh nyamuk Ae. Aegypti menyebabkan virus Dengue tidak dapat berkembang dalam tubuh nyamuk sehingga nyamuk tidak dapat menularkan penyakit demam berdarah Dengue. Namun, apabila nyamuk betina ber-wolbachia kawin dengan nyamuk jantan lain nonwolbachia akan menghasilkan keturunan nyamuk ber-wolbachia. Sebaliknya, apabila nyamuk jantan ber-wolbachia kawin dengan nyamuk nonwolbachia maka telurnya tidak akan bisa menetas.
Menteri menyampaikan apresiasi kepada warga karena selama ini sudah bersedia membantu program pelepsan nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia yang disebar di setiap rumah. “Saya sangat berterima kasih masyarakat di sini sudah menerima teknologi baru cara membasmi nyamuk penyebab demam berdarah,” ujarnya
Kepala Desa Trihanggo, Herman Budi Pramono, mengatakan sebelum ada program eliminate dengue project (EDP) yang dilaksanakan oleh peneliti UGM, di wilayahnya banyak muncul kasus DBD. Tidak heran, saat ada sosialisasi pelepasan nyamuk aedes aegypti di desa tersebut sempat mendapatkan penolakan dari sebagian masyrakat. “Sempat muncul pro dan kontra karena pemahaman setiap orang berbeda. Orang memberantas DBD kok melepas nyamuk. Kita lakukan sosialisasi berkali-kali. Ada yang menerima dan ada yang tidak, hingga sampai sekarang pro dan kontra sudah tidak ada lagi,” ungkapnya.
Saklah satu warga, Sukamti, mengaku awalnya sempat khawatir dari program pelepasan nyamuk mengandung Wolbachia tersebut karena trauma akibat salah satu temannya meninggal setelah terkena DBD. “Awalnya saya sempat heran pak Menteri, kok nyamuk dikawinkan. Setelah ada EDP, para ibu-ibu sekarang sangat peduli dan selalu mencari jentik serta membersihkan sarang nyamuk. Bahkan, sekecil apapun genangan air selalu dibersihkan,” ungkapnya.
Dr. Warsito Tantowijoyo, peneliti EDP UGM, mengatakan untuk melepaskan nyamuk Wolbachia di Kronggahan pada 2014 lalu dilakukan dengan mengambil langsung nyamuk dari wilayah tersebut untuk dikawinkan dengan nyamuk betina yang sudah mengandung Wolbachia. “Kenapa harus dari wilayah bersangkutan karena menyesuaikan tingkat ketahanan nyamuk. Masing-masing nyamuk dari suatu tempat memiliki karakter beda,” katanya.
Ia menambahkan jika sebelumnya dilakukan dengan pelepasan nyamuk dewasa maka saat ini teknik pelepasan nyamuk Wolbachia tidak lagi menggunakan nyamuk dewasa namun menggunakan telur nyamuk yang disebar di setiap rumah warga. “Produksi telur nyamuk sesuai kebutuhan. Setiap minggunya kita bisa menghasilkan 120 ribu telur nyamuk,” katanya.
Sebelumnya, ketika menemani Menristek Dikti di laboratorium entomologi FK UGM, Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., menyampaikan harapannya dari penelitian tersebut. “Mini factory seperti penelitian Aedes Aegypti ber-wolbachia ini jangan sampai berhenti pada titik ini saja. Ke depan semoga dapat berguna serta membantu kepentingan masyarakat,” tegas Rektor.
Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, Ph.D., selaku project leader EDP-Yogya, menyampaikan presentasi mengenai proses penelitian yang dilakukan. Tahun ini rencananya wilayah penelitian nyamuk ber-wolbachia akan diperluas.
Pada kunjungannya di laboratorium entomologi FK UGM ini, Menristek Dikti berkesempatan menyaksikan proses perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia dan pemberian makan nyamuk oleh pendonor manusia (blood feeder) (Humas UGM/Gusti, Desi, Tri)