Program swasembada daging telah lama dicanangkan oleh pemerintah. Kendati demikian, hingga saat ini Indonesia masih bergantung pada sapi impor baik dalam bentuk bakalan/bibit maupun daging beku guna memenuhi kebutuhan daging dalam negeri.
Karenanya, upaya pengembangan bibit sapi unggul secara berkelanjutan harus terus diperkuat, salah satunya melalui program pemuliaan (breeding) sepeti program persilangan sapi potong. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan populasi dan produktivitas guna mendukung terwujudnya swasembada daging Indonesia.
“Kebijakan breeding perlu diperjelas agara program swasembada daging bisa segera terwujud,” kata Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ali Agus, Selasa (26/4) di kampus setempat.
Menurutnya, pemerintah harus memperjelas arah program persilangan sapi potong ini. Kawin silang antara sapi lokal dengan impor hendaknya tidak hanya diarahkan untuk menghasilkan bibit unggul dengan pertumbuhan yang bagus saja. Namun begitu bersifat adaptif, tahan terhadap iklim, serta tahan penyakit.
“Perlu strategi breeding untuk menghasilkan bibit-bibit yang berkualitas, adaptif dan tahan penyakit,” jelasnya di sela-sela workshop “ Arah dan Kebijakan Pembibitan Sapi Nasional”.
Dikatakan Ali Agus, dalam program kawin silang sebaiknya tetap disertai dengan upaya mempertahankan plasma nutfah sapi lokal. Pasalnya, banyaknya kawin silang sapi lokal dengan sapi impor menjadikan sapi lokal Indonesia semakin sulit ditemukan.
“Harus ada upaya konservasi agar sapi asli Indonesia tidak punah,” terangnya.
Dr. Tri Satya Mastuti, dosen Fakultas Peternakan UGM, menyampaikan pentingnya upaya pencegahan up grading sapi lokal akibat perkawinan silang dengan sapi impor. Langkah itu antara lain dengan mengembangkan program pemuliaan bibit lokal melalui penyediaan sapi jantan baik untuk pemurnian ataupun kawin silang. Selain itu, dengan melakukan identifikasi sapi lokal.
Dalam kegiatan itu turut menghadirkan pembicara dari salah satu negara produsen sapi dan domba terbesar dunia yaitu Australia. Saat itu mengundang Dr. Neil Mac Donal dari Northern Teritory Departement of Primar Industry & Fisehries yang banyak bercerita tentang manfaat dari program breeding, kawin silang, produk-produk sapi hasil perkawinan silang dan lainnya.
Neil juga menyampaikan dalam breeding sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing negara. Misalnya di Indonesia, pemuliaan melalui kawin silang ini menghasilkan sapi yang mampu beradaptasi terhadap iklim tropis dan tidak terlalu besar. (Humas UGM/Ika)