Keterbatasan lahan sering menjadi hambatan untuk menciptakan kawasan hunian yang hijau. Di wilayah Kali Code, misalnya, kondisi pemukiman yang sempit dengan rumah-rumah yang saling berdempetan menyulitkan warga untuk menanam tanaman hijau, sehingga pemukiman pun terlihat kumuh. Untuk membantu mengatasi masalah ini, lima mahasiswa UGM menghadirkan solusi dengan mengadakan pelatihan pembuatan vertical garden bagi warga setempat.
Vertical garden atau kebun vertikal kini telah menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan ruang hijau di lahan sempit, karena bentuknya yang bisa disesuaikan dengan kesediaan lahan dan strukturnya yang tidak memakan banyak ruang. Hal inilah yang memberikan ide kepada Dwi Wahyu Setiyarini, Dana Faulida, Azmia Naufala Zahra, Merry Olvia, dan Hana Fauziyyah Hanifin untuk menerapkan konsep kebun vertikal di kawasan pemukiman di RT 26, 27, dan 28 Dusun Terban Kali Code, Gondokusuman, Yogyakarta.
Program pelatihan ini mereka kerjakan sebagai bagian dari Program Kreatifitas Mahasiswa di bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) yang diberi nama MENATAP CALDERA (Menanam Sehat di Vertical Garden), Solusi Penghijauan Ruang Sempit Kampung Kota untuk Pelestarian Tanaman Sehat dan Alami.
Kebun vertikal ini sendiri dibuat dengan menggunakan bahan-bahan sisa seperti botol bekas sebagai pengganti pot, yang nantinya dapat digantung atau disusun secara vertikal. Selain untuk menghemat biaya pembuatan, penggunaan botol bekas juga dilakukan sebagai upaya untuk memanfaatkan sampah anorganik yang banyak ditemukan di sekitar tempat tinggal mereka.
“Pelatihan ini hanya contoh dan sebenarnya bisa diperluas dengan cara-cara yang lain. Bentuk botol bekas dan cara mengikatnya serta tanaman yang ditanam juga bisa beraneka ragam, asal tanaman tersebut memang sesuai untuk vertical garden,” ujar Setiyarini, Selasa (26/4).
Hingga saat ini, para mahasiswa telah memberikan pelatihan sebanyak tiga kali dalam kurun waktu satu bulan, dan benih tanaman yang disemai pun mulai tumbuh. Nantinya, hasil sayuran yang siap panen dapat langsung dikonsumsi atau dijual sebagai pemasukan bagi rumah tangga. Untuk selanjutnya, proses perawatan dan monitoring akan diserahkan kepada pengurus atau kader yang telah dipilih. Nantinya, para mahasiswa juga akan memberikan pelatihan khusus bagi ibu-ibu PKK, agar program ini dapat diterapkan secara lebih luas.
Selain pelatihan pembuatan kebun vertikal, PKM-M yang dilakukan kelima mahasiswa ini juga mencakup penyuluhan mengenai pemanfaatan sampah anorganik dan sampah organik.
“Ini merupakah kali pertama ada pelatihan untuk ibu-ibu mengenai pemanfaatan sampah anorganik dan penggunaan lahan sempit di Terban ini. Anak-anak juga diajarkan bagaimana membuat kompos dari sampah organik. Harapannya, tentunya ini bisa terus berkembang dan mereka bisa mandiri,” tambah mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan ini. (Humas UGM/Gloria)