Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) UGM, Pusat Studi Wanita (PSW) UGM dan Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana, Fakultas Geografi UGM, menginisiasi pembentukan Srikandi Sungai Indonesia (SSI). Launching dan deklarasi SSI dilakukan di Museum Affandi, Jalan Solo Yogyakarta, Jum’at (29/4).
Melalui kegiatan Srikandi Sungai Indonesia diharapkan akan menggugah komitmen seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat untuk melakukan aksi-aksi konstruktif dan inovatif dalam upaya pengelolaan lingkungan di Indonesia, terutama keberadaan sungai. Keberadaan edukasi dan kampanye pentingnya pengelolaan lingkungan idealnya memang dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu individu dan keluarga.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, mengatakan Srikandi Sungai merupakan bentukan dari UGM. Komunitas ini diharapkan dapat mengumpulkan pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh perempuan yang dapat memberikan terobosan dalam pengelolaan lingkungan sungai.
“Karena kodrat wanita cantik, bersih dan indah maka sungai-sungai di Indonesia diharapkan seperti itu. Kalau melihat sungai-sungai di Indonesia saat ini sangat kotor. Bahkan, sungai Citarum berpredikat sebagai sungai yang paling kotor di Indonesia dan sedunia. Tentu kita tidak rela dengan predikat ini,” katanya.
Suratman menambahkan SSI akan melakukan berbagai program kegiatan, diantaranya mendukung program restorasi sungai di Indonesia. Bekerja sama dengan pusat-pusat studi wanita di Indonesia, SSI akan mengedukasi pendidikan keluarga guna mewujudkan program pancadaya sungai di Indonesia.
“Program pancadaya Sungai Indonesia adalah sungai sehat, wasis, tangguh, kreatif dan sungai rahayu. Harapan Indonesia dan dunia mengikuti ini, dan dari Jogja semua dimulai semoga inspirasi Kartini menguatkan gerakan leadership wanita Indonesia,” tambahnya.
Menanggapi keberadaan SSI, Kepala PSW UGM, Drs. Suprapto, SU., menyambut baik. SSI telah menempatkan peran perempuan yang tadinya sangat terbatas menuju pada peran yang lebih luas.
Menurut Suprapto perempuan sesungguhnya memiliki potensi yang sangat besar di berbagai bidang. Terlebih di bidang lingkungan hidup atau lingkungan alam, secara khusus di bidang lingkungan sungai.
“Sungai seringkali dianggap sebagai penyebab banjir, kotor dan sebagainya. Padahal sebetulnya hal itu bisa dikelola dengan baik. Pusat Studi wanita melihat potensi yang besar dari para perempuan dalam mengelola lingkungan. Beberapa perempuan yang terlibat selama ini berhasil, baik dalam pengelolaan sungai, kebersihan hingga penanaman pohon,” ujar Suprapto.
PSW UGM berharap bisa berintegrasi dengan beberapa pihak, terutama Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta pusat-pusat studi wanita seluruh Indonesia.
Harapan yang sama disampaikan Dra. Niken Kiswandari, M.Si dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan Anak. Menurutnya, Srikandi Sungai Indonesia yang anggotanya terdiri dari para dosen dan aktivis perempuan diharapkan menjadi salah satu contoh peran perempuan untuk menjadi agen perubahan dalam penyelamatan lingkungan.
“Upaya edukasi, kampanye, pelatihan dan pendampingan yang dilakukan Srikandi Sungai Indonesia tentu turut berkontribusi dalam mewujudkan keberhasilan program pemerintah di bidang lingkungan,” ungkap Niken.
Setidaknya, peran perempuan dominan dalam mendukung kebijakan pemerintah dalam mengurangi sampah, khususnya sampah yang berbahan dasar plastik. Oleh karena itu, aspek edukasi menjadi sangat penting dalam menumbuhkan budaya dan perilaku memilah, mengolah dan menghargai sampah. (Humas UGM/ Agung)