Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, mendukung Restorasi Pendidikan di Indonesia. Upaya ini sekaligus sebagai bentuk untuk membangkitkan kembali semangat membangun masa depan bangsa agar lebih baik. Hal ini diungkapkan Anies Baswedan pada acara Kongres Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan lll di GSP UGM, Sabtu (30/4).
Anies menilai saat ini tengah terjadi kesenjangan dalam dunia pendidikan, termasuk di Indonesia. Ia mencontohkan data dari World Econommic Forum, yaitu para pelajar di dunia masih dihadapkan pada setting sekolah abad 19, guru di abad 20 dan siswanya sendiri yang telah berada di abad 21.
“Ini masih terjadi kesenjangan sehingga perlu kita benahi,” kata Anies.
Dalam kesempatan tersebut Anies menyinggung beberapa komponen yang harus selalu ditekankan kepada para siswa, seperti jujur, sopan, dan kerja keras. Komponen-komponen tersebut harus dikolaborasikan pula dengan kreativitas, komunikasi serta budi pekerti. Menurut Anies komponen utama, yaitu budi pekerti, perlu ditumbuhkan dan dibiasakan melalui kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler maupun nonkurikuler.
“Perlu menanamkan jiwa kebaikan di dunia pendidikan sebagai kebiasaan. Restorasi pendidikan ini sebagai usaha untuk terus berkarya dan menjadikan Indonesia berpengaruh di mata dunia,” tegasnya.
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, dalam sambutannya mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia tidak lepas dari budaya Jawa terdahulu yang diwariskan secara turun-temurun. Selain itu, Sri Sultan juga menyinggung peran penting dari tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara.
“Beliau sekaligus sebagai perintis kemerdekaan, perintis pendidikan nasional dan perintis kebudayaan nasional,” papar Sultan.
Sebelumnya, Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., berharap para pendidik maupun peserta Kongres bisa memanfaatkan ilmu yang diajarkan atau diperoleh sebagai bekal untuk memperdalam dan menganalisis informasi yang tepat sehingga tidak mudah terprovokasi terhadap hal-hal yang belum pasti benar-salahnya. (Humas UGM/Desi)