IWAK berhasil masuk dalam 16 besar kompetisi bisnis internasional Young Social Enterpreneur (YSE) yang diadakan Singapore Internasional Foundation. Proyek bisnis yang lahir dari program Innovative Academy (IA) UGM ini berhak mendapatkan mentoring bisnis selama 8 bulan hingga bulan November 2016 mendatang.
YSE diikuti 52 tim yang berasal dari berbagai belahan dunia. Beberapa diantaranya Inggris, Australia, Singapura, India, Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam, Taiwan, New Zealand, dan Malaysia.
“IWAK dan 15 finalis lainnya selama 8 bulan akan dibimbing dan diberikan pendampingan serta masukan dalam pengembangan bisnis guna menghadapi final pitch nantinya,” jelas Ketua pengembang IWAK, Hestyriani Anisa Widyaningsih, Rabu (4/5) di UGM.
IWAK merupakan sebuah program investasi berbasis pemberdayaan masyarakat melalui budidaya air tawar yang dikembangkan sekelompok mahasiswa UGM. IWAK tidak hanya mampu memberikan keuntungan bagi investor namun juga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program ini juga menyediakan platform yang menghubungkan investor dengan keluarga petani.
“Berinvestasi melalui IWAK selain bisa memberikan keuntungan bagi investor juga dapat membantu menyejahterakan masyarakat. Soalnya, dalam program ini melibatkan dan memberdayakan masyarakat bawah,” jelas Anisa, Rabu (4/5) di UGM.
Nisa, begitu biasa dia disapa, mengatakan pengembangan bisnis ini digawangi oleh rekannya yaitu Mh Rushan Faizal J yang merasa prihatin terhadap kondisi kampungnya di Desa Kebon Agung, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Disana masih banyak pengangguran dan sebagian besar masyarakatnya merupakan keluarga miskin. Dari sanalah ia dan Rushan bersama dengan Ade Armyanta Yusfantri, Anggita Arum Pertiwi, dan Ikhsan Budiyanto berupaya mengembangkan sebuah usaha yang bisa meningkatkan kesejahteraan warga.
Lantas bagaimana IWAK bekerja? Nisa menjelaskan investor yang tertarik berinvestasi dapat login ke laman iwak.me. Investor bisa memilih besaran investasi yang akan ditanamkan disini. Adapun investasi yang ditawarkan mulai Rp150 ribu hingga Rp15 juta.
Untuk saat ini, IWAK baru menyediakan satu pilihan budidaya ikan yaitu ikan lele. Namun kedepan, Nisa dan kawan-kawan berupaya menambah lebih banyak lagi jenis budidaya ikan yang bisa diinvestasikan.
“Setelah ada investor masuk, IWAK akan memberikan 2-3 kolam kepada keluarga petani yang akan membudidayakan ikan mulai dari awal sampai panen,” terang alumnus Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya UGM ini.
Untuk mendukung keberhasilan budidaya, petani diberikan pelatihan mengenai budidaya ikan air tawar. Pada setiap tahapan budidaya, petani didampingi dan diawasi oleh tim ahli di bidang perikanan. Selanjutnya, hasil panen akan dijual kepada pedagang berskala besar di daerah Kediri. Sementara itu, keuntungan penjualan dibagi kepada investor, tim manajemen, dan petani. Investor akan menerima 55 persen keuntungan setiap panen yaitu dua bulan sekali. Adapun periode investasi berlangsung hingga 3,5 tahun. Selanjutnya setelah bulan ke-9, waktu perkiraan investor balik modal bagi hasilnya menjadi 35 persen.
” Sisanya sebanyak 35 persen untuk petani dan 30 persen untuk manajemen,”ujarnya.
Nisa mengatakan pihaknya juga menyediakan dana bersama untuk menutup biaya budidaya ikan apabila terjadi kegagalan panen. Dana ini diambil dari dana awal investasi sebesar 7 persen.
Ade menambahkan investor bisa mendapatkan laporan harian mengenai kolam yang diinvestasikan. Berbagai informasi tentang perkembangan kolam dan budidaya dapat dipantau melalui website iwak.me. Website ini juga menampilkan informasi bagi investor mengenai keluarga petani, operator, besaran investasi, kondisi kolam, serta laporan keuangan yang transparan.
Sejak memulai pilot project di Desa Kebon Agung pada November 2015 lalu, IWAK sudah berhasil melakukan 5 kali panen hingga bulan April 2016. Kini, mereka sudah berhasil menggandeng 50 investor dari berbagai kota di Indonesia serta melibatkan 8 keluarga petani untuk mengelola 20 kolam ikan.
Pengembangan bisnis ini tak hanya memberikan keuntungan dan mengentaskan kemiskinan. Selain berhasil masuk 16 besar YSE, mereka juga berhasil menyabet sejumlah penghargaan lain seperti 2nd Winner Asean Young Socialpreneurs Program 2015, nominator Indonesia ICT Award 2015, finalis DBS bootcamp 2015, pitch finalist sankalp forum 2015.
“Harapannya IWAK bisa terus menjadi platform investasi masa kini yang konsisten membantu petani-petani perikanan budidaya untuk hidup lebih baik serta memajukan perikanan budidaya Indonesia,” pungkas Ade. (Humas UGM/Ika)