Universitas Gadjah Mada dan General Electric (GE) Operations Indonesia sepakat melaksanakan kerja sama riset inovatif di bidang teknologi alat kesehatan, kedirgantaraan, transportasi, dan pembangkit energi di Indonesia. Hal itu mengemuka usai penandatanganan nota kesepahaman kerja sama yang dilakukan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dan CEO GE Indonesia, Handry Satriago, Selasa (10/5), di ruang sidang pimpinan gedung pusat UGM.
Rektor UGM mengatakan kerja sama dengan GE Indonesia akan membuka peluang bagi peneliti UGM yang selama ini fokus pada pengembangan riset di bidang energi, kesehatan dan teknik rekayasa. Dengan begitu, hasil riset tersebut selaras dengan apa yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat. “Kita ingin meningkatkan relevansi riset supaya hasil riset itu sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh industri. Hal ini perlu berdampingan dengan industri,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Rektor mengajak GE Indonesia untuk berkolaborasi dalam pengembangan teaching industry yang digagas oleh UGM dan akan dibangun di wilayah Kulon Progo. Kawasan ini nantinya akan menjadi lokasi pengembangan teknologi bermitra dengan banyak industri. “Kita diberi lahan oleh Gubernur untuk teaching industry semacam lokasi silicon valley dan dana pengembangan infrastrukturnya dari JICA. Kita tengah mencari partner joint investment di sana,” tuturnya.
Sementara itu, Handry Satriago mengatakan kerja sama yang dilakukan dengan UGM bertujuan untuk meningkatkan kapasitas SDM GE Indonesia sekaligus membuka peluang kolaborasi riset di berbagai bidang. “Kita ingin meningkatkan capacity building dan reverse innovation,” ujarnya.
Dia mengungkapkan sebenarnya banyak hasil riset yang dilakukan oleh GE Indonesia dan produk lokal. Ia mencontohkan produk teknologi kesehatan seperti USG dan EKG portable yang dibuat dalam ukuran lebih kecil dari biasanya. “Indonesia dan India itu punya masalah yang sama di bidang kesehatan ibu dan anak, karena itu kita membuat USG portable sebesar handpone. Kemudian EKG portable. Itu semua buatan lokal. Misinya bagaimana buatan lokal bisa diaplikasikan, dan itu ternyata tidak mudah,” katanya.
Meski demikian, kata Handry, lewat kerja sama ini berbagai ide dan gagasan dalam pengembangan riset dapat diaplikasikan di masyarakat dengan melibatkan universitas, industri dan pemerintah. “Saya berharap kerja sama ini akan banyak ide-ide baru muncul dari dunia kampus untuk melihat realita di masyarakat,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)