UGM tahun ini menerima 2.629 calon mahasiswa Program Sarjana, yang terdiri dari 827 laki-laki dan 1.802 perempuan, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Mereka terbagi dalam kelompok bidang IPS sebanyak 780 orang calon mahasiswa dan 1.849 di kelompok bidang IPA.
“Total pendaftar ke UGM tahun ini mencapai 44.381 dan yang diterima sebanyak 2.629 orang,” tutur Kepala Bagian Humas dan Protokol UGM, Dr. Iva Ariani, S.S., M.Hum., Jumat (13/5).
Iva menuturkan program studi (prodi) yang paling banyak peminatnya untuk bidang IPS, yaitu Akuntansi (3.234 orang), Manajemen (3.107 orang), dan Psikologi (3.076 orang). Sementara itu, untuk bidang IPA prodi dengan peminat terbanyak adalah Farmasi (2.053 orang), Teknik Sipil (2.043 orang) dan Pendidikan Dokter (2.030 orang).
“Untuk IPS yang terbanyak peminatnya adalah Akuntansi sedangkan IPA masih Farmasi,” urai Iva.
Di sisi lain, untuk prodi dengan selektivitas tinggi adalah Pariwisata (2.45%), Hubungan Internasional (2.92%), dan Manajemen (3.00%) untuk bidang IPS. Sedangkan bidang IPA adalah Teknologi Informasi (4.34%), Pendidikan Dokter (4.38%), dan Farmasi (4.92%).
Terkait penerimaan mahasiswa baru ini UGM tetap membuka akses seluas-luasnya bagi calon mahasiswa yang berasal dari keluarga ekonomi kurang mampu. Ini terbukti dari jumlah mahasiswa yang orang tuanya berpenghasilan di bawah 1 juta setiap tahun terus bertambah. Sebagai gambaran, tahun 2013 jumlah mahasiswa UGM yang diterima dari semua jalur masuk dengan UKT 1 (orangtua berpenghasilan di bawah 1 juta) berjumlah 544, tahun 2014 naik menjadi 567 mahasiswa dan 689 mahasiswa di tahun 2015.
“Artinya, UGM memang menjadi sumber harapan bagi kelompok masyarakat ekonomi kurang mampu untuk memutus rantai kemiskinan sekaligus mengangkat harkat dan martabat keluarga melalui proses pendidikan yang berkualitas,” kata Direktur Kemahasiswaan UGM, Dr. Senawi.
Senawi menambahkan UGM sebagai universitas kerakyatan selalu membuka akses pendidikan seluas-luasnya untuk segenap anak bangsa yang berprestasi. UGM memiliki banyak sumber beasiswa untuk para mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu secara finansial. Tahun 2015, UGM memiliki 136 jenis beasiswa dengan total dana Rp194.001.904.000.
“Total penerima beasiswa 10.765 mahasiswa, dari diploma hingga S3,” imbuhnya.
Beasiswa yang disediakan tersebut bermacam-macam, seperti bantuan biaya pendidikan, beasiswa bantuan biaya hidup, dan beasiswa mahasiswa berprestasi. Menurut Senawi, UGM memperhatikan mahasiswa dengan kondisi ekonomi yang lemah, tetapi memiliki prestasi yang tinggi. Salah satu bentuk perhatian yang diberikan yaitu dengan mencarikan sumber-sumber beasiswa dari berbagai mitra dan sahabat UGM guna menopang kebutuhan finansial mereka.
“Ada beasiswa yang dikelola Direktorat Kemahasiswaan, ada pula yang berasal dari alumni dan lembaga lain yang dikelola fakultas. UGM terus meningkatkan jaringan kerja sama dalam program pemberian beasiswa ini,” papar Senawi. Upaya mencari sumber-sumber beasiswa akan terus menerus ditingkatkan mengingat adanya keterbatasan dana beasiswa yang disediakan oleh pemerintah.
Untuk mahasiswa yang diterima tahun ini UGM juga sudah memberikan kepastian Uang Kuliah Tunggal (UKT). Direktur Keuangan UGM, Drs. Haryono, M.Com., Akt., menegaskan bahwa tahun 2016 ini tidak ada kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di UGM. Pimpinan universitas juga sudah menyampaikan hal tersebut dalam dialog dengan mahasiswa pada 29 April.
Langkah ini merupakan sebuah terobosan yang dilakukan UGM karena selama ini penentuan besaran UKT baru dilakukan di akhir pendaftaran SBMPTN, setelah pemerintah menetapkan Biaya Kuliah Tunggalnya (BKT). UGM memutuskan untuk tidak menaikkan UKT walaupun ada risiko bahwa BKT yang ditetapkan pemerintah lebih tinggi dibandingkan dengan UKT UGM.
“UGM juga tidak memberlakukan uang pangkal bagi mahasiswa yang masuk melalui jalur Mandiri. Sementara Surat Keputusan Rektor untuk penundaan atau penyesuaian UKT sedang difinalisasi bersama dengan pimpinan fakultas dan sekolah vokasi. Surat Keputusan tersebut diperlukan guna memberikan pedoman yang lebih jelas tentang mekanisme dan nomenklaturnya,” kata Haryono.
Disinggung tentang penurunan UKT, Haryono menjelaskan tahun 2013 tercatat sebanyak 130 mahasiswa yang masuk UGM (dari semua jalur) disetujui permohonan penurunan UKT-nya, kemudian tahun 2014 sebanyak 411 dan tahun 2015 sebanyak 717 mahasiswa.
Foto Perwakilan Mahasiswa berdialog dengan pimpinan UGM tentang UKT tanggal 29 April 2016
Foto Rektor UGM ketika menjelaskan kepada perwakilan mahasiswa tentang UKT 29 April 2016
Foto tindak lanjut pimpinan UGM dan Fakultas dalam pembahasan UKT tanggal 10 Mei 2016
UGM Dukung Ruang Terbuka Hijau
Ribuan calon mahasiswa yang diterima di UGM ini tentu saja mendambakan suasana kampus yang segar, ramah dan nyaman untuk belajar serta berinteraksi. Salah satu langkah yang ditempuh adalah penataan klaster Sosio Humaniora dengan memperluas ruang terbuka hijau. Area terbuka hijau yang nyaman dapat difungsikan sebagai sarana saling berinteraksi bagi dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa. Selain itu, akan mendukung pengelolaan kantin di klaster Sosio Humaniora agar lebih variatif, higienis, dan ramah lingkungan.
“Kalau itu semua dapat terwujud tentu akan membuat suasana menjadi lebih nyaman, termasuk bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda,” kata Direktur Perencanaan dan Pengembangan UGM, Sulaiman, S.T., M.T., D.Eng.,.
Sulaiman menambahkan langkah lain yang dilakukan yaitu mengubah ruang terbuka hijau yang penuh dengan semak dan perdu di klaster Sosio Humaniora menjadi ruang terbuka yang dapat difungsikan sebagai sarana belajar luar ruang (outdoor learning zone) dan saling berinteraksi. Selain itu, parkir kendaraan bermotor yang saat ini menempati sebagian lahan terbuka hijau akan ditata dan dipindahkan ke kantong parkir bersama di Kompleks lembah sehingga koefisien dasar hijauan semakin luas.
“Kampus UGM merupakan satu-satunya ruang terbuka publik yang masih hijau di sekitar kota Yogyakarta, yang juga banyak digunakan masyarakat luas untuk berolah raga, piknik keluarga dan tempat bersosialisasi. Selain itu, kampus UGM juga berperan sebagai lahan resapan air dan pengendali banjir, serta paru-paru Kota Yogyakarta dan sekitarnya,” katanya.
Sulaiman menambahkan situasi beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa kampus UGM semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Akibatnya, suasana kampus kurang kondusif bagi proses belajar mengajar maupun pengembangan kampus yang ramah lingkungan dan bersahabat bagi penggunanya. Hal ini terjadi karena pengembangan ruang terbuka hijau, khususnya di sekitar klaster Sosiohumaniora yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas tersebut belum dapat direalisasikan.
Model 3D Pengembangan kawasan Soshum
Untuk itulah, lanjut Sulaiman, UGM saat ini tengah melakukan pengembangan kawasan Sosio Humaniora. Pembangunan infrastruktur telah dilakukan di Fakultas Psikologi, Fakultas Filsafat, dan Fakultas Sosial Politik, dan segera menyusul pembangunan Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Infrastruktur penunjang berupa fasilitas sosial dan belajar luar ruang harus segera direalisasikan agar infrastruktur pendidikan lebih komprehensif dan dapat dinikmati oleh civitas academika UGM maupun masyarakat.
“Maka saat ini ruang terbuka hijau di kawasan Soshum tengah kita tata,” papar Sulaiman (Humas UGM/Satria)