Seperempat abad Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pascasarjana UGM memperluas cakupan pengabdian. Tidak lagi sebatas lingkup seni pertunjukan, PSPSR berkembang menjadi lingkup kajian seni pertunjukan seni rupa.
Seiring dengan perkembangan tersebut, PSPSR UGM pun melakukan penambahan jenjang pendidikan dengan menyelenggarakan program pendidikan jenjang S3. Penjaringan mahasiswa tidak lagi sebatas pemegang gelar Sarjana Seni (S.Sn), namun menjadi terbuka bagi semua lulusan S1.
“Perspektif kajian yang disemai program studi inipun telah mengalami perubahan dan menjadi semakin beragam,” kata Dr. Lono Lastoro Simatupang, di Sekolah Pascasarjana UGM, Jum’at (13/5).
Pengabdian selama 25 tahun, menurut Lono Simatupang, telah banyak menghasilkan alumnus yang mengabdikan diri untuk pengembangan seni di Indonesia, baik sebagai dosen di perguruan tinggi seni, perguruan tinggi pendidikan dan perguruan tinggi umum. Di luar itu, tidak sedikit yang mengabdikan diri sebagai praktisi seni dan penggerak organisasi seni.
Karena itu, boleh dibilang program studi ini secara langsung ataupun tidak, telah mendorong dan memberi pengaruh bagi tumbuhkembang program studi seni di Indonesia, khususnya pada jenjang pascasarjana. Bahkan, kelima Institut Seni Indonesia, kini mengikuti jejak UGM dengan menyelenggarakan program studi S2 bidang seni, dan tiga diantaranya mengelola pendidikan seni jenjang S3.
“Para alumninya pun telah memekarkan program pendidikan pascasarjana seni ke dalam bidang spesialisasi tertentu, seperti Pengkajian Seni, Penciptaan Seni, Tatakelola Seni dan Pendidikan Seni,” ujar Kaprodi PSPSR UGM itu.
Sebagai ungkapan syukur atas hasil dan perjalanan program studi yang sudah memasuki usia 25 tahun tersebut maka digelar berbagai kegiatan. Dengan mengangkat tema “Daya Seni (The Power of Arts), Prodi PSPSR UGM menggelar orasi ilmiah, malam resepsi, hari keluarga alumni PSPSR, simposium pendidikan seni dan pameran seni rupa.
“Semua kegiatan kita laksanakan hingga bulan Oktober 2016. Khusus untuk malam resepsi Dies Natalis berjudul Tribute to Prof. R. M. Soedarsono, karena guru besar sejarah UGM ini pernah diminta sebagai Rektor ISI Yogyakarta,” jelasnya.
Tema Daya Seni, menurut Lono Simatupang, memperlihatkan seni mewarnai hampir di segala bidang hidup manusia, dulu, kini dan di masa mendatang. Kehadiran seni di banyak segi kehidupan menunjukkan bahwa seni memiliki peran yang tidak tergantikan dalam kehidupan manusia sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan negara. (Humas UGM/ Agung)