Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM, Prof. Dr.Ir. H. Soekotjo, berpulang, Sabtu (14/5). Profesor Soekotjo menghembuskan nafas terakhir di Gresik, Jawa Timur pada usia 81 tahun. Pria kelahiran Ngawi, Jawa Timur, tersebut meninggalkan satu orang istri dan 6 orang anak. “Keluarga besar UGM menyampaikan rasa duka yang mendalam. UGM kehilangan salah satu putra terbaiknya yang telah berperan dalam berdirinya hutan Wanagama,” tutur Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, saat menyampaikan sambutan pada upacara pelepasan jenazah di Balairung, Sabtu (14/5).
Suratman mengatakan almarhum selama ini dikenal sebagai Guru Besar di Fakultas Kehutanan UGM. Sepanjang kariernya, kata Suratman, almarhum memiliki komitmen besar pada pengembangan hutan di Indonesia, khususnya UGM. “Beliau merupakan salah satu pencetus ide berdirinya hutan Wanagama yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul,” katanya.
Dalam riwayat pekerjaan yang dibacakan Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Sc., diketahui almarhum Soekotjo menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat pada tahun 1948. Kemudian, lulus pendidikan SMP di Bogor di tahun 1952, serta SMA di Solo tahun 1955. Selanjutnya, menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian dan Kehutanan UGM dan lulus pada tahun 1962. Almarhum kemudian menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 di Michigan State University, Amerika Serikat.
Selanjutnya, kata Dr. Satyawan Pudyatmoko, almarhum menyandang jabatan Pembantu Dekan III dan Dekan di Fakultas Kehutanan UGM, masing-masing di tahun 1966 dan 1975. Tujuh tahun kemudian, di tahun 1982, almarhum menjabat sebagai Purek I Universitas Bengkulu, serta sebagai Rektor Universitas Bengkulu di tahun 1986. Almarhum juga sempat menjadi Direktur Biotrop SEAMEC di tahun 1991. Sedangkan penghargaan yang pernah diperoleh oleh almarhum, diantaranya, Kesetiaan 25 Tahun dari Rektor UGM (1985), Xi Sigma Phi dari Michigan State University (1990), Satyalancana Karya Sastra XX oleh Presiden RI (1993), Dewan Produktivitas dari Menteri Tenaga Kerja RI (1995), dan Satyalancana Karya Sastra XXX oleh Presiden RI (1998).
Dr. Agus S.B., salah satu anak almarhum, nampak tak kuasa menahan haru seraya menyampaikan permohonan maaf kepada para pelayat yang hadir. “Segala kesalahan yang diperbuat oleh ayahanda kami, baik yang disengaja ataupun tidak, mohon untuk dimaafkan,” pungkasnya.
Usai acara pelepasan jenazah, almarhum dimakamkan di Makam Keluarga UGM di Sawit Sari, Condong Catur, Sleman (Humas UGM/Tri)