Persediaan minyak bumi Indonesia semakin menipis. Diperkirakan cadangan minyak bumi dalam negeri yang menjadi sumber utama energi nasional akan habis pada tahun 2025 mendatang. Sementara itu, konsumsi BBM terus meningkat setiap tahunnya.
Upaya pengembangan energi terbarukan terus digalakkan oleh pemerintah guna menciptakan sumber-sumber energi baru. Hal ini pun dilakukan oleh sejumlah mahasiswa Fakultas MIPA UGM. Lima mahasiswa muda ini berusaha mengembangkan biopelumas dari minyak jelantah.
Mereka adalah Yehezkiel Steven Kurniawan, Yudha Ramanda, Nover Arumenta Sihotang, Hendra, dan Kevin Thomas.
Kelimanya memanfaatkan limbah minyak jelantah yang dihasilkan industri pengolahan makanan. Limbah minyak tersebut diolah menjadi biopelumas dengan memodifikasi struktur asam oleat di dalamnya.
“Dalam minyak jelantah masih terdapat kandungan asam oleat yang bisa dimanfaatkan sebagai biopelumas,” jelas Steven, Selasa (17/5).
Steven menyebutkan pelumas merupakan salah satu produk olahan minyak bumi. Namun demikian, pelumas yang berasal dari minyak bumi ini tidak ramah lingkungan karena sulit terurai dan bersifat toksik jika dibuang langsung ke lingkungan. Oleh sebab itu, dewasa ini banyak dikembangkan pelumas dari minyak tumbuhan (biopelumas) seperti minyak kedelai, minyak jarak dan minyak kelapa sawit.
“Kami mencoba membuat biopelumas dari minyak jelantah dengan melakukan modifikasi untuk menstabilkan asam oleat di dalamnya terhadap oksidasi dan tidak menyebabkan korosi pada mesin,” terangnya.
Dari hasil uji sifat fisikokimia dari produk modifikasi struktur asam oleat, yaitu senyawa ketal siklik 1 dan 2, diketahui bahwa angka asam total (TAN) dari kedua produk ketal siklik lebih kecil daripada asam oleat dan pelumas komersial. Hal ini mengindikasikan tingkat korosi yang disebabkan menjadi lebih minimal. Selain itu, terjadi penurunan angka iodin (IV) kedua produk ketal siklik jika dibandingkan dengan asam oleat dan pelumas komersial yang mengindikasikan adanya peningkatan kestabilan biopelumas terhadap oksidasi.
Produk ketal siklik yang dikembangkan oleh mahasiswa UGM melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-PE) ini tidak hanya mampu meminimalkan korosi dan meningkatkan kestabilan biopelumas akan oksidasi. Namun demikian, bisa juga menjadi alternatif pelumas yang bersifat terbarukan. (Humas UGM/Ika)