Pada masa kehamilan, sistem kekebalan tubuh seseorang akan menurun sehingga rentan terhadap berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang cukup berbahaya bagi ibu hamil adalah infeksi TORCH (Toxoplasma, Others, Rubella, Citomegalovirus, Herpes Simplex Virus).
Infeksi TORCH pada ibu hamil akan memiliki dampak berbeda tergantung pada umur janin saat tertular. Infeksi pada 3 bulan pertama akan menyebabkan keguguran, sedangkan pada bulan-bulan berikutnya akan menyebabkan bayi terlahir dengan kecacatan.
“Jika seorang ibu hamil terserang infeksi TORCH, penyebaran infeksi ke janin akan sulit dicegah dan dampak yang ditimbulkan akan sangat buruk. Namun sayangnya, belum banyak masyarakat yang mengetahui tentang penularan dan bahaya infeksi TORCH saat kehamilan,” ungkap Afifah Khoiru Nisa, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UGM, Selasa (17/5).
Menyadari kondisi ini, Nisa bersama ketiga temannya, Urfa Khairatun Hisan, Hanifah Rizki Nugraheni, dan Danniswari Fathoya Argez berinisiatif untuk membentuk dan melatih kader yang akan mensosialisasikan berbagai hal mengenai TORCH kepada masyarakat, khususnya terkait langkah-langkah pencegahan infeksi TORCH.
Urfa menambahkan program pelatihan prevensi infeksi TORCH ini bersifat berkelanjutan. Artinya, peserta program gelombang satu yang disebut sebagai kelompok kader akan mengajarkan ilmu yang telah didapat pada masyarakat kelompok sasaran, dengan harapan kelompok sasaran akan mengajarkan pada masyarakat yang lebih luas, dan begitu seterusnya.
“Setelah menempuh kelima tahapan yang ada serta ditunjang dengan sistem informasi berantai dan berkelanjutan berantai, diharapkan kader yang terbentuk mampu mensosialisasikan infeksi TORCH dengan baik. Dengan demikian masyarakat paham dan mampu mencegah terjadinya infeksi TORCH pada ibu hamil sehingga kesehatan ibu dan anak akan meningkat,” tutup Dannis yang menyiapkan booklet serta pamflet yang digunakan pada sosialisasi.
Pelatihan dilakukan pada kader Posyandu di Dusun Rejosari, Desa Srimartani, dalam 5 tahapan utama, yaitu sosialisasi informasi umum terkait TORCH, sosialisasi terperinci langkah mencegah TORCH, diskusi bersama komunitas Rumah Ramah Rubella, pelatihan keterampilan kader, serta pelatihan public speaking sekaligus evaluasi akhir kader peduli TORCH.
“Kami sangat mendukung pelaksanaan kegiatan ini, sebab pengetahuan akan kesehatan dan kebersihan masyarakat Dusun Rejosari masih sangat terbatas, padahal rendahnya tingkat kebersihan merupakan salah salah satu faktor meningkatnya risiko penularan infeksi TORCH. Sebagian besar warga di sini belum mengetahui apa itu infeksi TORCH, penularan, serta dampak yang ditimbulkan dari infeksi tersebut,” ungkap Didik, Kepala Dusun Rejosari. (Humas UGM/Gloria)