Tiga mahasiswa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam mengembangkan senyawa tabir surya. Mereka adalah Dita Ariyanti, Ika Nurul Azizah dan Farah Ghezi Athaya. Dengan dibimbing Prof. Drs. Jumina, Ph.D., ketiga mahasiswa melakukan sintesis senyawa C-butilkaliks[4] resorsinarena sebagai turunan senyawa kaliks[4]. Senyawa ini kemudian di esterifikasi dengan senyawa sinamoil klorida dan benzoil klodrida sehingga di dapatkan senyawa yang memiliki nilai SPF lebih dari 30.
Dita Ariyanti menjelaskan senyawa tabir surya sangat diperlukan dan efektif untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat paparan sinar UV dari matahari. Sementara itu, penggunaaan senyawa tabir surya di pasaran selama ini biasanya memiliki SPF 30, dan fotostabilitas yang rendah terhadap sinar UVB matahari.
“Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia memiliki intensitas sinar matahari lebih besar daripada negara nontropis. Penyinaran matahari ini tentu memberi dampak positif maupun negatif terhadap manusia. Dampak negatif terhadap kulit yaitu eritema, warna gelap pada kulit, penuaan dini dan kanker yang disebabkan sinar UV,” katanya, di FMIPA UGM, Rabu (18/5).
Dita lebih lanjut menjelaskan senyawa yang sudah disintesis memiliki beberapa keunggulan, diantaranya memiliki stabilitas kimia, radiasi dan termal yang tinggi. Selain itu, massa molekul yang relatif besar dinilai sesuai dengan kecenderungan pengembangan senyawa aktif tabir surya inovasi baru yang cenderung memiliki berat molekul di atas 500 g/mol.
Karena itu, pengembangan senyawa dengan massa molekul yang besar ini dimaksudkan untuk mencegah meresapnya senyawa aktif tabir surya ke dalam kulit. Senyawa kaliks[4]resorsinarena ini juga relatif mudah difungsionalisasi menghasilkan berbagai jenis kromofor dengan serapan UV yang berbeda. Dengan begitu tentu sangat cocok dijadikan sebagai struktur dasar dalam perancangan senyawa aktif tabir surya berspektrum lebar.
“Hasil penelitian memperlihatkan 3 senyawa, yaitu C-butilkaliks[4]resorsinarena dengan persentase hasil 97 persen, senyawa C-butilkaliks[4]resorsinarena oktabenzoat dan C-butilkaliks[4] resorsinarena oktasinamat dengan persentase hasil berturut-turut: 46 persen dan 66 persen,” jelas Dita.
Disamping itu, diperoleh pula nilai SPF dari senyawa C-butilkaliks[4]resorsinarena, C-butilkaliks[4]resorsinarena oktabenzoat dan C-butilkaliks[4] resorsinarena oktasinamat berturut-turut 3,80 , 1,78 dan 380 dengan konsentrasi 50 ppm. Sementara, stabilitas senyawa turunan sinamat terhadap radiasi UV-B pada rentang 0-120 menit mengalami penurunan, namun senyawa C-butilkaliks[4]resorsinarena oktasinamat berpotensi sebagai senyawa bahan aktif tabir surya, dikarenakan senyawa tersebut dapat menyerap radiasi sinar UV-B dengan optimal.
“Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat terhadap pengembangan senyawa tabir surya sehingga di dapatkan tabir surya yang memiliki SPF tinggi dan dapat mengabsorpsi radiasi UV-B secara optimal, sehingga dapat melindungi kulit kita dari paparan sinar matahari,” papar Dita Ariyanti. (Humas UGM/ Agung)