Sudah banyak sosok pemimpin yang berasal dari kalangan kaum perempuan, sebut saja 8 menteri di Kabinet Kerja saat ini diisi oleh perempuan. Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, merupakan menteri luar negeri pertama dari kalangan perempuan. Bahkan, di beberapa daerah seperti Bupati dan Wali Kota dipimpin oleh kaum perempuan. Meski kesempatan perempuan untuk menjadi pemimpin sama dengan laki-laki, namun secara umum jumlahnya masih sedikit. “Sudah bayak perempuan menjadi pemimpin tapi proporsinya masih sedikit,” kata Guru Besar UGM, Prof Dr. Eni Harmayani, dalam seminar Nasional Kepemimpinan Perempuan yang diselenggarakan Pusat Studi Wanita UGM di gedung University Club, Selasa (24/5).
Anggota Dewan Riset Nasional ini menambahkan perempuan saat ini memiliki kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki untuk menjadi calon pemimpin. Hal itu sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh RA Kartini ketika dahulu memperjuangkan emansipasi wanita Indonesia. Tidak hanya itu, dari sisi pendidikan, kata Eni, jumlah kaum perempuan yang menikmati pendidikan tinggi saat ini jumlahnya lebih banyak dibanding dengan laki-laki. Ia mencontohkan jumlah mahasiswa perempuan di UGM lebih banyak daripada mahasiswa laki-laki. “Dari sisi pendidikan perempuan lebih maju namun dari sisi karier berbeda,” imbuhnya.
Eni menyebutkan contoh lainnya yaitu kepemimpinan di kampus UGM. Saat ini, untuk pertama kalinya UGM dipimpin oleh rektor dari kalangan perempuan namun untuk pemimpin di tingkat fakultas hanya ada satu dekan Perempuan. “Tidak hanya dekan, dari sisi proporsi dosen, jumlah perempuan hanya 35 persen dibanding laki laki yang sampai 63 persen,” katanya.
Menurutnya, perempuan memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin namun kaum perempuan harus mempersiapkan diri dan harus percaya diri untuk bisa jadi calon pemimpin. Ia menyebutkan perempuan yang mampu jadi pemimpin setidaknya memiliki syarat, diantaranya berpikir visioner, inovatif, dan mampu memberikan solusi terbaik dengan mencari banyak terobosan. “Termasuk ia juga harus mampu mengatur waktu buat keluarga, karier, diri sendiri dan membina kemampuan kerja tim, dan berintegritas,” katanya.
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyrakat (BPPM) DIY, Arida Oetami, mengatakan kaum perempuan menurut penilaiannya sebenarnya mampu mengemban tugas sebagai pemimpin khususnya bidang kesehatan. Ia mencontohkan tiga kepala dinas kesehatan dari 5 kabupaten/kota di DIY saat ini diisi oleh kaum perempuan. “Tidak heran kalau angka kematian ibu saat melahirkan bisa menurun drastis dari sebelumnya 56 kasus setahun menurun jadi 29 kasus,” kata mantan Kepala Dinas Kesehatan DIY ini.
Meski demikian, tantangan pemimpin perempuan dalam mengurus kesehatan di DIY dengan penduduk sekitrar 3,5 juta jiwa ini masih dihadapkan pada persoalan masih tingginya angka penderita gangguan mental. “Di DIY masih tinggi untuk angka penyakit gangguan mental,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)