Mahasiswa S2 Fakultas Farmasi UGM mengenalkan cara meracik atau mengolah obat tradisional pada masyarakat Desa Kapencar, Wonosobo, Jawa Tengah. Pengembangan obat tradisional dengan memanfaatkan tanaman lokal yang bisa ditanam dan tumbuh di lahan pertanian atau pekarangan sekitar diharapkan bisa menjadi produk untuk skala rumah tangga.
Fadhil Rusyida, mahasiswa S2 Farmasi UGM, mengatakan ia bersama 38 rekan mahasiwa lainnya menggandeng Kelompok Wanita Tani di daerah tersebut untuk memanfaatkan potensi tanaman berkhasiat dan kemudian diolah menjadi produk obat herbal yang bisa diproduksi skala UKM. “Dua jenis tanaman obat yang kita kenalkan adalah jahe merah dan Okra,” kata Fadhil kepada wartawan, Jumat (27/5).
Menurut Fadhil pemilihan kedua jenis tanaman obat tersebut dinilai bisa ditanam di daerah itu dan bisa dipasarkan ke masyarakat setelah panen. Menurut Fadhil tanaman jahe merah sudah dikenal luas sebagai bahan campuran jamu dan obat herbal lainnya. Sementra Okra atau Abelmoschus esculentus merupakan tanaman berkhasisat yang memiliki potensi untuk mengobati penyakit diabetes mellitus. “Permintaan Okra di Asia sangat tinggi dan banyak. Kami kenalkan ke masyarakat dengan membawa bibit dari Jogja untuk ditanam. Okra sendiri apabila ditanam bisa dipanen tiap 2 bulan sekali,” katanya.
Pengenalan dan cara pengolahan obat tradisional, kata Fadhil, sudah dilakukan sejak pertengahan Mei lalu, dan direncanakan akan terus dilanjutkan dengan mengandeng anggota kelompok tani setempat. Selain melakukan pengenalan dan pengolahan obat, kata Fadhil, pihaknya juga rutin melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat seperti kegiatan pengabdian yang dilakukan pada 14-15 Mei lalu diantaranya dengan penyuluhan bahaya rokok dan narkoba untuk kalangan remaja, pengenalan apoteker cilik dan jajan sehat untuk anak-anak, serta pengenalan cara memilih kosmetik yang aman bagi ibu-ibu. “Khusus untuk lansia kita melakukan pemeriksaan kesehatan secara gratis,” katanya.
Kepala Prodi Pasca Sarjana Fakultas Farmasi, Dr. Erna Prawita Setyowati, menuturkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan sepenuhnya oleh mahasiswa S2 Farmasi sebagai syarat untuk kelulusan meraih gelar master “Kita ingin kegiatan pengabdian ini melibatkan kompetensi para apoteker dalam mengaplikasikan ilmunya di masyarakat,”urainya.
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, M.Si., Apt., mengatakan Desa Kapencar merupakan desa binaan Fakultas Farmasi UGM. Pihaknya secara berkelanjutan akan melakukan kegiatan pengabdian dengan menggandeng petani dan masyrakat dalam pengolahan tanaman obat berkhasiat. “Kita secara reguler membina petani dan UKM yang berkaitan dengan produk herbal,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)