UGM menjalin kerja sama dengan Badan Restorasi Gambut (BRG). Bentuk kerja sama tersebut ditandai melalui penandatanganan nota kesepahaman bersama antara Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dengan Kepala BRG, Nazir Fuad, di R. Sidang Pimpinan UGM, Jumat (27/5).
Menurut Nazir peran UGM membantu penanganan kebakaran lahan gambut sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu. Sudah banyak konsep maupun pemikiran para ahli dan peneliti UGM dalam menangani persoalan tersebut.
“Dengan adanya kajian ilmiah dan monitoring yang dilakukan UGM tentu kita sangat terbantu sehingga kerja tim semakin efektif,” kata Nazir.
Ia menambahkan kerusakan lahan gambut saat ini mencapai 2,6 juta hektar dari total 15 juta hektar lahan gambut yang ada di Indonesia. Lahan gambut yang rusak antara lain tersebar di Sumatera, Kalimantan serta Papua. Beberapa langkah yang telah dilakukan BRG menangani kondisi tersebut, yaitu dengan melakukan restorasi ekologis, hidrologis maupun revegetasi.
“Tanaman penggantinya seperti sagu, ramin, jelutung maupun tanaman lain,”katanya.
Sementara itu, untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan gambut di musim kemarau BRG juga telah melakukan beberapa langkah seperti menutup kanal serta membangun sumur bor.
Di tempat sama, Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, mengapresiasi langkah BRG dalam penanganan kebakaran lahan gambut. Rektor menjelaskan peran UGM terkait penelitian lahan gambut sudah dilakukan 10-20 tahun lalu. “Selain komunitas dalam riset ini kita juga melibatkan mahasiswa KKN,”papar Dwikorita.
Kerja sama UGM dengan BRG antara lain terkait penyediaan pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, advokasi terkait bidang restorasi gambut serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat melalui penerapan ilmu dan teknologi survei pemetaan lahan (Humas UGM/Satria;foto: Ega)