Taman Mangrove Wonorejo merupakan salah satu destinasi wisata alam yang cukup dikenal di kalangan masyarakat Surabaya. Bahkan, hutan mangrove yang terletak di daerah Rungkut, Wonorejo, ini telah menjadi proyek percontohan nasional dalam progam Mangrove Ecosystem Conservation and Sustainable Use (MECS).
Tidak hanya itu, hutan ini pun mendapatkan apresiasi dari Japan International Cooperation Agency. Ekowisata mangrove ini juga telah meraih berbagai penghargaan, salah satunya menjadi juara II Surabaya Destinations Tourism Award 2012 yang diselenggarakan oleh Universitas Ciputra.
Sayangnya, kondisi hutan mangrove Wonorejo kini mengalami kerusakan. Data Dinas Pertanian Kota Surabaya tahun 2015 menunjukan bahwa 30 persen luas lahan ekowisata mangrove Wonorejo rusak akibat sampah kiriman dari berbagai kota. Selain itu, juga dikarenakan kurangnya kesadaran lingkungan stakeholder meliputi wisatawan, warga Kelurahan Wonorejo, pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo, dan Pemerintah Kota Surabaya.
Melihat kondisi tersebut lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada melakukan penelitian untuk mengetahui sikap wisatawan, warga Kelurahan Wonorejo, pengelola ekowisata mangrove Wonorejo, dan Pemerintah Kota Surabaya. Mereka adalah Rusli Akhmad Junaedi (Ilmu Filsafat), Andrianto Maulana (Statistika), Tri Kurniawan Pamungkas (Ilmu Filsafat), Lintang Mijias Kwin Tamima (Sosiologi), dan Fitria Nugrah Madani (Ilmu Filsafat). Penelitian ini dilakukan di bawah bimbingan Dr. Rr. Siti Murtiningsih.
Rusli mengatakan kerusakan lingkungan bukan hanya menjadi persoalan teknis semata. Namun begitu, manusia dalam hal ini stakeholder dalam ekowisata mangrove Wonorejo sebagai pelaku moral perlu diteliti moralitasnya terhadap alam. Pasalnya, stakeholder memiliki keterlibatan yang lebih intensif dengan ekowisata ini.
“Kami mengkaji fenomena ini menggunakan sudut pandang etika lingkungan yang berbicara mengenai nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam,” ujar Rusli selaku ketua tim peneliti, Senin (30/5).
Setelah melalui proses analisis dan interpretasi data, terdapat dua temuan yang dihasilkan dalam penelitian yang dilaksanakan pada 18 April-2 Mei 2016 ini. Pertama, sikap stakeholder terhadap ekowisata mangrove Wonorejo memiliki kecenderungan sikap positif. Prinsip moral respect for nature menjadi dasar keberpihakan stakeholder terhadap ekowisata mangrove Wonorejo yang terdapat kehidupan makhluk biotis, seperti pohon mangrove, binatang, dan beragam organisme kehidupan lainnya.
Kedua, prinsip moral respect for nature yang terdapat pada diri stakeholder dalam berhubungan dengan ekowisata mangrove Wonorejo adalah etika lingkungan biosentrisme. Semua makhluk hidup di muka bumi, baik manusia maupun makhluk biotis, memiliki nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Oleh sebab itu, pantas mendapatkan pertimbangan dan kepedulian moral.
Rusli berharap dari penelitian ini dapat memberi manfaat kepada masyarakat umum berupa informasi ilmiah dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat umum terhadap pentingnya keberadaan kawasan konservasi mangrove. Selain itu, juga diharapkan dapat menjadi bahan refrensi perumusan kebijakan bagi pengelola dan pemerintah kota berkaitan masalah kerusakan lahan ekowisata mangrove Wonorejo.
Menurut rencana hasil penelitian ini akan dipublikasikan di Jurnal Filsafat “Wisdom” Fakultas Filsafat UGM. Selain itu, hasil penelitian ini juga akan diterbitkan oleh Badan Penerbitan Fakultas Filsafat UGM dalam bentuk buku dengan judul Etika Lingkungan Ekowisata Mangrove Wonorejo. (Humas UGM/Ika)