Sebanyak 100 peneliti dari 15 negara melakukan pertemuan di Fakultas Kedokteran Hewan UGM dalam rangka membahas perkembangan pemberantasan dan pengendalian penyakit zoonosis di tingkat global. Pertemuan yang berlangsung pada 24 hingga 28 Mei 2016 lalu itu menghasilkan rekomendasi bahwa pemerintah masing-masing negara dan dunia internasional perlu melakukan kerja sama yang lebih erat di berbagai bidang guna mendukung pemberantasan dan pengendalian penyakit zoonosis. “Untuk itulah diperlukan pertukaran keahlian dan pengalaman masing-masing negara dengan mengoptimalkan peran masing-masing pihak melalui pengembangan training dan riset bersama,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Dr. Joko Prastowo, dalam siaran pers, Senin (30/5).
Menurut Joko penyakit zoonosis menjadi perhatian para peneliti dari berbagai disiplin ilmu dalam meningkatkan derajat kesehatan manusia dan hewan. Tingginya dampak perubahan iklim, cuaca ekstrim dan variasinya mengakibatkan berbagai macam vektor penyakit semakin merebak dan menyebarkan penyakit. Bahkan, tingginya tingkat penyakit dari satu daerah di kawasan negara-negara ASEAN, satu pulau dengan pulau yang lain di dalam Indonesia, dan bagaimana pola penyebarannya dari suatu daerah ke daerah yang lain tersebut menjadikan isu ini sangat penting untuk dibahas bersama oleh peneliti melalui pendekatan mulidisiplin.
Persoalan zoonosis di Indonesia, imbuh Joko, harus menjadi perhatian serius pemerintah karena masing-masing negara di lingkungan ASEAN. Ia melihat permasalahan tingginya kepadatan penduduk, alih fungsi lahan untuk pemukiman dan peternakan merupakan area yang sangat ideal munculnya penyakit infeksi yang dapat mengancam kesehatan manusia, hewan dan hewan liar.
Pertemuan tersebut dihadiri peneliti dari berbagai universitas di ASEAN, serta para peneliti dari berbagai negara Eropa dan Amerika seperti Spanyol, Cheko, Perancis, Inggris, Amerika Serikat dan Australia. Isu-isu yang dibahas penyakit zoonosis seperti Avian influenza, Swine Influenza, Enchephalitis, Trypanosomiasis, Rabies, Resistensi Antibiotika (AMR) dan isu-isu lain terkait perkembangan vektor penyakit seperti lalat, kelelawar dan tikus sebagai penyebar penyakit.
Selain topik-topik di atas, dibahas pula berbagai topik zoonosis lainnya seperti malaria yang bersumber dari hewan primata, toksoplasmosis, skabies, berbagai penyakit cacing yang dapat menular dari hewan dan ikan ke manusia dan sebaliknya.
Dr. Wisnu Nurcahyo, salah satu Peneliti dari FKH UGM, yang hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari manusia ke hewan dan sebaliknya. Dari 1.415 peagen patogen pada manusia, 868 (61%) diantaranya adalah penyakit yang masuk kategori zoonosis. Selain itu, 75% dari penyakit-penyakit yang baru muncul akhir-akhir ini adalah penyakit zoonosis. “Adanya vektor dan penyakit menular lain yang bersumber dari hewan menjadikan isu ini menjadi isu strategis, karena harus menjadi tanggungjawab bersama dalam upaya penanggulangannya,” katanya.
Seperti diketahui, GREASE merupakan jaringan negara-negara di ASEAN yang fokus pada manajemen risiko berbagai ancaman penyakit yang dapat terjadi di wilayah ASEAN dan global. GREASE terdiri dari lembaga riset dan universitas di ASEAN yang terdiri dari FKH UGM, universitas Chiang Mai, Universitas Khon Kaen University, universitas Chulalongkorn Thailand, Universitas Nasional Laos; National Veterinary Research Institute, Cambodia; National Institute of Veterinary Research (NIVR) Vietnam ; Veterinary Research Institute, Malaysia; University Gadjah Mada, Indonesia; National University of Singapore, Central Mindanao University and University Phillipines at Los Baños, Filipina; dan Sun Yat Sen University, China. Universitas Gajah Mada melalui Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam jejaring internasional bidang ini. Penyelenggaraan jejaring ini mendapat dukungan dari CIRAD (lembaga kerja sama internasional) Perancis. (Humas UGM/Gusti Grehenson)