Pendidikan merupakan sebuah kekuatan yang dapat mengubah suatu peradaban dan menentukan masa depan sebuah bangsa. Karena itu, untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan, diperlukan perhatian lebih terhadap penciptaan sistem pendidikan yang berkualitas.
“Kemampuan untuk mengelola sumber daya alam yang kita miliki bergantung juga kepada sumber daya manusia yang berkualitas. Maka, selayaknya kita terus mengembangkan pendidikan agar tidak hanya menghasilkan lulusan yang qualified di bidang akademik, tapi juga dalam nilai-nilai untuk menghasilkan manusia yang berintegritas tinggi,” ujar Wakil Rektor UGM Bidang Kerja Sama dan Alumni, Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M., saat membuka seminar Strategi dan Tantangan Penyiapan Pendidikan Abad 21, Senin (30/5) di Auditorium MM UGM.
Seminar yang diadakan atas kerja sama antara UGM, Monash University, Gerakan Sekolah Menyenangkan, dan Clayton North Primary School, Australia ini dilatarbelakangi oleh kesadaran akan perlunya strategi pendidikan yang tidak hanya bersifat satu arah, melainkan melibatkan peran aktif baik dari pengajar maupun dari peserta didik.
“Pendidikan yang berkualitas diperoleh ketika kegiatan belajar dan mengajar saling berhubungan. Pengajaran harus memengaruhi pembelajaran, dan pembelajaran harus memengaruhi pengajaran. Dalam hal ini kita melihat bahwa mengajar lebih dari sekadar memberi tahu, dan belajar lebih dari sekadar mendengarkan,” ujar Dekan Fakultas Pendidikan Monash University, Prof. John Loughran.
Dalam sesi ceramah ia menyampaikan prinsip-prinsip penting dalam pendidikan anak yang perlu menjadi perhatian dalam proses belajar-mengajar, yaitu prior knowledge, pemrosesan, pengaitan, metakognisi, penerjemahan, serta sintesis.
Pertama-tama, ia menjelaskan bahwa seorang guru harus memperhatikan prior knowledge, apa yang telah diketahui seorang siswa mengenai suatu topik. Hal ini akan memengaruhi proses pembelajaran siswa tersebut. Kemudian dalam proses pembelajaran, guru harus memperhatikan bahwa siswa tersebut tidak sekadar menyerap dan menghafal suatu informasi, tetapi juga mampu untuk memproses informasi yang diperoleh. Dengan pemahaman ini, seorang siswa kemudian juga diajarkan untuk dapat mengaitkan ide tersebut dengan pengalaman sehari-hari mereka.
Metakognisi juga menjadi aspek penting dalam pendidikan karena hal ini akan membantu siswa untuk menganalisa suatu tugas dan menemukan cara penyelesaiannya. Siswa juga diharapkan mampu untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh ke dalam konteks yang berbeda, dan kemudian menyusun potongan-potongan informasi tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya penciptaan kondisi belajar yang positif. Hal ini dapat diciptakan di antaranya dengan membangun suasana belajar yang kolaboratif, mendorong siswa untuk mengungkapkan ide mereka, serta memacu siswa untuk memiliki rasa ingin tahu.
“Guru bisa menggunakan jenis-jenis pertanyaan ‘Bagaimana jika …?’, ‘Apa yang kalian pikirkan mengenai…?’, atau ‘Bagaimana cara…?’ untuk meransang pemikiran para siswa,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan MoU antara UGM, Monash University, Gerakan Sekolah Menyenangkan, dan Clayton North Primary School untuk menandai jalinan kerja sama serta komitmen keempat lembaga ini dalam penciptaan pendidikan yang berkualitas di Indonesia. (Humas UGM/Gloria)