Sebanyak 38.854 peserta mengikuti ujian Seleksi Bersama Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Yogyakarta, Selasa (31/5). Lokasi pelaksanaan ujian tersebar di kampus UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga, UPN Veteran dan beberapa sekolah SMA di Yogyakarta.
Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., mengatakan jumlah peserta tes SBMPTN di Yogyakarta tahun ini meningkat dibanding tahun 2015 lalu yang mencapai 37.963 orang. Panitia lokal SBMPTN di Yogyakarta, kata Dwikorita, telah mempersiapkan pelaksanaan ujian agar berlangsung dengan baik dan lancar.“Panitia telah mempersiapkan semuanya secara intensif hingga tadi malam,” kata Rektor kepada wartawan yang didampingi oleh Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Prof Dr Sari Bahagiarti, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, MA.,Ph.D dan Wakil Rektor I UNY, Drs. Wardan Suyanto, M.A., Ed.D.
Rektor melaporkan dari keseluruhan peserta tes yang mengikuti tes melalui jalur Paper Based Testing (PBT) sebanyak 38.554 peserta dan 300 lainnya mengikuti tes lewat jalur Computer Based Testing (CBT). Pelaksanaan ujian SBMPTN kali ini, menurut Rektor, melibatkan 18.38 dosen dan 2.092 tenaga kependidikan serta 262 orang guru. Sementara jumlah peserta berkebutuhan khusus sebanyak 23 orang, terdiri 6 orang tuna rungu, 6 tuna daksa, 11 orang tuna netra. “DI UGM sendiri ada 8 orang peserta yang berkebutuhan khusus,” ujarnya.
Ditanya wartawan terkait kesiapan panitia dalam pelaksaan ujian SBMPTN berbasis komputer yang baru pertama kali diterapkan, Ketua SBMPTN Panlok 46 Yogyakarta, Prof. Iwan Dwi Prahasto, mengatakan pihaknya telah mempersiapkan masing-masing satu komputer untuk setiap peserta dan menyiapkan pasokan listrik 200 ribu watt. Pemberian soal pun diberikan secara berjenjang untuk menghindari aksi curang peserta. “Ini memang CBT pertama, setiap peserta akan mendapat masing-masing satu komputer, soal-soalnya pun berjenjang. Pelaksaan CBT hanya di UGM dan UNY,” katanya.
Untuk mencegah joki dalam pelaksanaan ujian SBMPTN, kata Iwan, pihaknya menyiapkan pengawas yang secara khusus mengawasi gerak-gerik peserta yang dianggap mencurigakan dan mendeteksi apabila ada alat komunikasi canggih yang digunakan dibawa saat ujian. “Kita memiliki semacam detektor khusus agar kemungkinan itu tidak terjadi,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)