Lima mahasiswa UGM berhasil mengembangkan alat kesehatan yang membantu perawat dalam mengontrol kebutuhan infus pasien. Alat yang diberi nama Warning Nurse Notification (Warnet) ini memudahkan petugas medis mendapatkan informasi secara cepat terkait kondisi infus pada pasien.
Dicky Bagaskara, salah satu pengembang Warnet, mengatakan alat ini bekerja dengan menggunakan sensor berat dan tekanan. Maka, ketika infus sudah mencapai berat minimum, alat akan menghasilkan respons berupa sinyal yang akan dikirim ke ruang perawat dalam bentuk alarm.
“Lewat aplikasi yang dioperasikan di ruang perawat, maka perawat bisa dengan cepat mengetahui pasien mana yang membutuhkan infus,” jelas mahasiswa prodi Elektronika dan Instrumentasi Sekolah Vokasi UGM ini, Selasa (31/5).
Alat ini juga dapat memunculkan informasi mengenai volume infus yang tersisa dan jenis cairan infus. Tidak hanya itu, informasi lain terkait data pasien seperti nama, tempat tanggal lahir dan jenis penyakit yang diderita juga disertakan.
Dicky mengembangkan alat ini bersama dengan M Ma’ruf Rizky S P P (Elektronika dan Instrumentasi SV), M Amirul Akbar(Teknik Mesin SV), Hanny Afifah (D4 Kebidanan SV), serta Debora Naomi S P (Sastra Prancis). Pengembangan alat dilakukan di bawah bimbingan Budi Sumanto, S.Si., M.Eng.
Pengembangan alat ini, imbuh Dicky, bermula dari keprihatinan terhadap adanya kasus emboli atau adanya gelembung udara pada pembuluh darah akibat ketidakcekatan tenaga medis dalam mengangani pasien. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga medis yang terbatas, sementara pasien dalam jumlah besar sehingga menyulitkan tenaga medis untuk bekerja secara cepat.
Emboli dapat berakibat fatal hingga meninggal dunia karena gelembung udara dalam pembuluh darah tersebut dapat tersalurkan ke otak maupun jantung. Emboli ini terjadi karena keterlambatan dalam mengganti cairan infus. Oleh karena itu, mereka berupaya mencari solusi guna menangani masalah tersebut.
“Saat ini perawat masih memantau pasien secara berkala. Namun, dengan adanya alat ini dapat meminimalkan persitiwa emboli,” tambah Hanny.
Hanny menyebutkan alat ini tak hanya memudahkan perawat dalam mengontrol infus, tetapi juga mendukung efektivitas kinerja perawat. Selain itu, pasien juga dapat bersitirahat dengan tenang tanpa khawatir mengenai kondisi cairan infusnya. (Humas UGM/Ika)