Tim Mahasiswa Fakultas Hukum UGM berhasil meraih peringkat keempat dalam kompetisi peradilan semu tingkat internasional, International Criminal Court Moot Court Competition (ICCMCC) di Den Haag, Belanda. Kompetisi yang diadakan Universitas Leiden dan International Criminal Court Belanda ini, tim UGM berhasil menyisihkan 55 tim lainnya dari 44 negara. Bahkan, salah satu delegasi dari tim UGM berhasil meraih penghargaan sebagai jaksa penuntut terbaik dalam kompetisi yang berlangsung pada 22-27 Mei silam ini.
Tim mahasiswa UGM terdiri dari 10 orang, terdiri dari 6 orang delegasi, dua orang manager dan 2 orang pelatih. Enam oprang delegasi mahasiswa tersebut adalah Wyncent Halim, Bidadari Respaty, M.Ryandaru Danisworo, Kay Jessica, Regina Wangsa dan Canna Ochthalia. Adapun Wyncent Halim dinobatkan sebagai jaksa penunut terbaik dalam kompetisi tingkat internasional tersebut. “Saya sangat senang meraih predikat sebagai jaksa terbaik dari seluruh jaksa yang bertanding dan berasal dari 44 negara itu. Padahal, tantangan di setiap pertandingan kami harus menghadapi advokat dari pemerintah dan advokat korban dari universitas yang kita tidak tahu dari mana,” kata Wyncent Halim dalam bincang-bincang dengan wartawan, Jumat (11/6) di Fakultas Hukum UGM.
Sebagai jaksa dalam kompetisi itu, kata Wyncent, dirinya diharuskan mampu mempertahankan argumentasi di bidang hukum pidana internasional, kejahatan melawan kemanusiaan dan pidana kejahatan perang. “Salah satu kasus yang dibahas, kita mengadili tersangka bagi suatu organisasi yang mirip dengan ISIS, merekrut anak kecil masuk ke dalam kelompok perompak. Mereka berusaha masuk teritorial negara lain,” tuturnya.
Dalam kompetisi tersebut, menurut Wyncent, setiap tim tidak mengetahui lawan di setiap babak yang dilalui, baik di babak penyisihan, perempat final hingga semi final. Beruntung, tim dari UGM yang selalu rutin berlatih setiap sore sejak 6 bulan terakhir bisa melaju hingga menuju babak semi final. “Di semi final para jurinya merupakan anggota international criminal court international, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami,” terangnya.
ICCMCC merupakan kompetisi peradilan semu yang paling bergengsi di kancah internasional dalam bidang hukum pidana internasional, dengan total peserta sebanyak 112 tim dan hanya 60 tim terbaik yang akan bertanding di tingkat internasional. “Tahun ini merupakan tahun ketiga UGM mengirim delegasi sebagai satu-satunya perwakilan dari Indonesia, tahun lalu kita hanya berada di posisi peringkat 29 dunia,” kata Dekan Fakultas Hukum, Prof. M. Hawin, S.H., LL.M., Ph.D.
Menurut Dekan prestasi yang didapat tim kali ini merupakan yang terbaik selama mengikuti kompetisi yang sama, apalagi salah satu anggota tim meraih penghargaan jaksa terbaik atau best prosecutor diantara semua jaksa dari berbagai negara.
Dosen pembimbing tim, Prof. Edy OS Hiarej, menuturkan untuk mempersiapkan tim agar bisa berhasil meraih prestasi bergensi ini tidaklah mudah. Tim mahasiwa ini terbentuk sejak 6 bulan. Awalnya, Eddy mengaku membuka rekrutmen terbuka kepada seluruh mahasiswa yang mau mendaftar, namun rata-rata yang mendaftar adalah mahasiswa yang masih duduk di tahun pertama dan tahun kedua. Meski yang terpilih adalah mahasiswa yang duduk di semester awal namun mereka sangat antusias dan bersemangat dalam mempersiapkan diri. Mereka juga belajar keras untuk menguasai materi tentang pidana internasional yang seharusnya baru mereka dapatkan ketika sudah duduk di semester 5 dan 6. “Dari segi subtansi mereka sangat menguasai. Yang kita lakukan adalah belajar bedah kasus. Kita latih mencari jawaban, mencari argumen, baik sebagai korban dan dari sisi pelaku untuk terus diasah. Setiap ada kesulitan selalu diskusi bersama,”kata Eddy.
Guru besar hukum pidana UGM ini mengaku sangat bangga dengan prestasi yang ditorehkan oleh mahasiswa di kompetisi internasional kali ini. Menurutnya, keberhasilan mahasiswa meraih peringkat 4 internasional mampu mengharumkan nama UGM dan Indonesia di tingkat dunia. “Ini pencapaian maksimal, mahasiswa hukum UGM diperhitungkan di level dunia,”tegasnya.
Seperti diketahui, tim dari FH UGM berhasil menyisihkan beberapa universitas bergensi dunia diantaranya Leiden University, Bond Universyty, University of Luxemburg, Freidburg University, University of Windsor dan University of Cape Town. (Humas UGM/Gusti Grehenson)