Tumpukan sampah dimana-mana. Pemandangan itu kita hadapi setiap hari. Sampah telah menjadi masalah lingkungan di Indonesia dan perlu disikapi dengan serius.
Jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari pun kini mencapai ribuan ton dan sebagai salah satu contoh ada di lingkungan perkantoran. Perkantoran merupakan salah satu sumber penghasil sampah terbesar.
Jumlah yang besar ini tentu menyulitkan dalam proses pemilahan dan pengolahan sampah. Untuk menangani permasalahan tersebut tentu dibutuhkan ide dan inovasi baru.
Qaid Anwaruddin, mahasiswa FMIPA UGM Jurusan Elektronika dan Instrumentasi, bersama ketiga temannya, M. Ridho Fuadin, Nur Ida Anggari, dan Yohanes Tampubolon menawarkan tempat sampah pemilah otomatis sebagai alternatif. Melalui program kreativitas mahasiswa karsa cipta, mereka membuat MR BIN (Smart Recycle Bin).
“MR BIN ini kami ciptakan untuk dapat memudahkan petugas melakukan pendauran ulang sampah karena kami telah memilah nya terlebih dahulu,” ujar Qaid, di FMIPA UGM, Selasa (14/6).
Menurut Qaid, selaku ketua tim MR BIN, pemilahan sampah merupakan cara paling mudah dan efektif untuk mengatasi masalah penumpukan sampah. Sementara itu, dengan ide dan inovasi tentu sangat membantu proses pemilahan dapat berjalan dengan baik.
Qaid menjelaskan MR BIN merupakan perpaduan antara tempat sampah dan teknologi. Teknologi yang diterapkan pada tempat sampah ini memiliki kemampuan untuk memilah sampah anorganik, yaitu sampah logam dan nonlogam secara otomatis.
Qaid mengakui pemerintah memang telah menyediakan solusi pemilahan sampah, namun dinilainya kurang efektif karena kebiasaan masyarakat lebih memilih asal saja ketika membuang sampah. Sebagai contoh membuang sampah plastik di tempat sampah organik.
“Sistem pemilahan sampah secara otomatis diperlukan untuk masalah tersebut. MR BIN merupakan jawaban atas permasalahan tersebut, dan ini diharapkan dapat mampu mengurangi permasalahan tumpukan sampah di Indonesia,” papar Qaid.
Qaid menjelaskan proses pembuatan MR BIN dimulai dari pencetakan bodi dengan menggunakan bahan acrylic, lantas dilanjutkan dengan perakitan. Setelah itu, pembuatan sistem elektronis dan sistem mekanis.
MR BIN, kata Qaid, menggunakan micro dan sensor sebagai elektronisnya dan motor servo sebagai actuator pada mekanisnya. Sensor berfungsi untuk mengambil informasi sampah, lalu microcontroller sebagai otak yang memproses data, dan actuator berfungsi untuk menggerakkan sampah apakah logam atau nonlogam.
“Inilah yang bisa kami lakukan sebagai generasi muda peduli sampah. Dengan aksi nyata ini, MR BIN peduli sekaligus membantu menyelesaikan masalah sampah di Indonesia,” pungkas Qaid. (Humas UGM/ Agung)