Banyaknya kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi selama ini banyak menimbulkan korban, baik korban jiwa maupun korban luka. Belum lagi, mereka yang hilang dan tidak diketahui keberadaannya.
Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah para korban hilang, selamat, ataukah meninggal? Praktik rescue yang dilakukan selama inipun memiliki banyak keterbatasan. Terlebih ketika cuaca buruk, tim rescue dengan mata telanjang maupun optik maka pencarian korban terkendala keterbatasan jarak.
Kondisi tersebut menjadikan proses pencarian korban membutuhkan waktu yang lama dan menghabiskan banyak sumber daya. Hal itupun kemudian menimbulkan masalah lain seperti jika korban meninggal saat ditemukan maka kondisi jenazah tentu akan lebih sulit dikenali, sementara jika korban selamat maka akan memperburuk kondisi korban.
Kini untuk mempermudah semua itu, Tim PKM-KC UGM mengembangkan alat pintar yan mampu melacak dan menandai lokasi jatuhnya korban. Alat tersebut diberi nama Smart-Tech Bracelet. Lima mahasiswa UGM terlibat pengembangan alat ini, yaitu Bruno Fandi Adi Pratama (Elektronika dan Instrumentasi 2014), Anindar Naufal Adila (Teknik Industri 2013), Alwy Herfian Satriatama (Elektronika dan Instrumentasi 2014), Tri Yunianta (Elektronika dan Instrumentasi 2014), dan Nisa Amertha Edriyani (Akuntansi 2013).
“Dalam aplikasinya, gelang Smart-Tech akan dipakai oleh setiap penumpang ketika masuk kabin pesawat. Sama halnya seperti seat belt, gelang Smart-Tech akan dipakai oleh setiap penumpang selama perjalanan”, ujar Bruno Fandi Adi Pratama, di Kampus UGM, Kamis (16/6).
Bruno mengungkapkan dengan memakai gelang Smart-Tech , maka ketika terjadi hal-hal darurat atau kecelakaan, gelang sudah terpasang di tangan setiap penumpang sejak awal. Disebut gelang pintar karena Smart-Tech Bracelet mampu mengetahui kapan pesawat mengalami kecelakaan.
“Dengan memanfaatkan sensor keadaan luar atau sekitar dan memadukan jadwal penerbangan, Smart-Tech Bracelet akan teraktivasi secara otomatis. Perangkat GPS Tracker yang digunakan dalam Smart-Tech Bracelet akan secara otomatis mengirimkan data lokasi kepada perangkat penerima jika pesawat jatuh ,” ungkap Bruno.
Bruno menandaskan Smart-Tech Bracelet tidak hanya unggul dalam hal sistem, alat ini juga dirancang sedemikian rupa dengan mempertimbangan berbagai aspek, diantaranya aspek keamanan, aspek kenyamanan, dan aspek estetika. Karena itu, bahan casing yang dipergunakan menjadi salah satu perhatian tim PKM-KC UGM agar nyaman saat dipakai.
Anindar Naufal Adila menambahkan investasi yang dilakukan maskapai penerbangan cukup di awal saja, jika berkeinginan menggunakan Smart-Tech Bracelet. Dalam penggunaannya, Smart-Tech Bracelet dapat dipakai secara berulang-ulang.
Dengan ditemukannya Smart-Tech Bracelet ini diharapkan semakin efisien dalam proses pencarian korban kecelakaan pesawat jatuh. Efisien pada penghematan waktu pencarian, konsumsi sumber daya, tenaga, dan biaya.
“Tim Smart-Tech Bracelet PKM-KC UGM akan terus melakukan pembaharuan-pembaharuan dan uji coba alat secara berkelanjutan untuk terus mengoptimalkan kinerja sistem ,” papar Naufal Adila. (Humas UGM/ Agung)