Dewasa ini reptil dan amfibi menjadi hewan yang sangat digemari untuk dijadikan hewan peliharaan. Beberapa jenis reptil dan amfibi pun banyak digemari masyarakat sebagai komoditas pangan, bahkan dipercaya memiliki manfaat sebagai obat. Padahal, reptil dan amfibi berpotensi menularkan parasit patogen pada manusia.
Hal ini disampaikan oleh para mahasiswa UGM yang melakukan inventarisasi parasit pada reptil dan amfibi yang dikonsumsi masyarakat terutama di Yogyakarta. Tim PKM-PE yang beranggotakan Elpri Eka Permadi, Rohmi Salamah, Arnita Prasintaningrum, dan Aji Pamula Gunawan ini melakukan inventarisasi parasit patogen pada ular Kobra (Naja sputatrix), Tokek (Gekko gecko), dan katak sawah (Fejervarya limnocharis).
Pengambilan parasit dilakukan pada organ intestinum, hepar dan jaringan otot. Dari hasil yang didapatkan, ditemukan berbagai jenis cacing parasit, di antaranya ordo Distome, ordo Digenea, ordo Monogenea, larva Strongyloides, familia Ancylostomidae, ordo Strongylidea, Dibothriocephalus, Nematoda, dan Ancylostomatidae. Berbagai literatur menyatakan bahwa beberapa anggota ordo Digenea, familia Ancylostomidae, dan genus Strongiloides ini bersifat infektif pada manusia.
“Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sementara bahwa reptil dan amfibi berpotensi sebagai reservoir penyakit pada manusia. Harapannya, penelitian ini dapat bermanfaat guna mencegah penularan parasit yang disebabkan oleh reptil dan amfibi, serta dapat berkontribusi juga dalam upaya konservasi reptil dan amfibi di Indonesia, terutama yang dikonsumsi secara berlebihan,” ujar Elpri, Kamis (16/6).
Mahasiswa Farmasi Temukan Manfaat Biji Melon
Temuan menarik dalam bidang kesehatan juga diperoleh mahasiswa Fakultas Farmasi UGM. Zahrotul Ulum, Else Ifana Widyaputri, Fitriana Hayyu Arifah, dan Indra Lesmana meneliti potensi terpendam dari Biji Melon yang masih jarang dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Ketersediaan biji melon yang melimpah percuma jika hanya terbuang saja sebagai limbah. Kandungan senyawa yang ada dalam biji melon yaitu alfa spinasterol dan stigmasta 7,22,25,trien 3-ol memiliki khasiat utama sebagai pencegah hiperlipidemia sehingga dapat menurunkan kemungkinan terjadinya Osteoporosis dan Hiperlipidemia pada Wanita Menopause,” jelas Zahrotul.
Untuk menguji manfaat biji melon, keempat mahasiswa ini mengolah biji melon dengan cara ekstraksi menggunakan etanol 96% untuk kemudian diujikan ke hewan uji, yaitu tikus dengan galur Sprague Dawley yang sebelumnya sudah diovariektomi. Perlakuan pemberian ekstrak dilakukan selama 30 hari, dan kemudian pada hari terakhir diambil sampel darah untuk dicek kadar lipid serta tulang femur untuk mengecek densitas tulang.
“Hasil penelitian diharapkan dapat menjadikan informasi bahwa memang biji melon memiliki khasiat untuk kedua penyakit tersebut. Melalui penelitian tersebut diharapkan kedepannya masyarakat bisa lebih memberdayakan biji melon, agar tidak terbuang secara sia-sia,” ujar Zahrotul. (Humas UGM/Gloria)