Mahasiswa UGM terus berinovasi. Kali ini, inovasi di bidang kesehatan dan pendidikan kesehatan berhasil dikembangkan oleh sekelompok mahasiswa UGM yang membuat produk berupa boneka edukasi gigi, rompi pijat untuk merangsang pengeluaran ASI, serta model pembelajaran kebidanan untuk menentukan pembukaan serviks.
Berawal dari keprihatinan terhadap kurangnya daya tarik anak untuk belajar mengenai gigi, lima mahasiswa UGM memperkenalkan produk Boneka Edukasi Gigi Anak yang dinamakan Elboo. Produk Elboo yang telah terjun di pasar didesain sebagai sebuah gantungan kunci berbentuk gigi dengan empat bentuk yang menggambarkan keempat jenis gigi yang dimiliki anak.
Setelah mendapatkan tanggapan positif mengenai peluncuran produk gantungan giginya, saat ini tim yang beranggotakan Grace Mediana (FKG), M. Attiatul Muqtadir (FKG), Nur Rifa Setyafani (Teknik Industri), M. Fathin Naufal (Teknik Industri) dan Amrina Husna (Psikologi) sedang bersiap untuk meluncurkan produk baru Elboo berupa karakter boneka anak dengan model studi gigi yang memiliki unsur teknologi dan mampu menghadirkan media pembelajaran audio visual berupa suara dan lampu penanda.
“Ide pembuatan boneka edukasi ini pada awalnya berasal dari keluhan yang banyak dialami para orang tua mengenai sulitnya mengajarkan cara merawat gigi pada anaknya. Selain itu, kurangnya pengetahuan mereka mengenai gigi membuat anak tidak memiliki motivasi untuk merawatnya,” terang Grace, Jumat (17/6).
Pengetahuan mengenai karakteristik dan fungsi setiap jenis gigi akan disampaikan melalui sebuah audio yang terpasang pada badan boneka. Mulut boneka yang bisa terbuka memungkinkan anak-anak mengenal bentuk dan posisi gigi pada Elboo melalui lampu LED yang dipasang pada tiap gigi dan akan menyala ketika audio menjelaskan tentang jenis gigi tersebut.
Rompi Pijat Refleksi Oksitosin
Inovasi lain yang dihasilkan mahasiswa UGM melalui kegiatan PKM adalah Rompi Pijat Refleksi Oksitosin atau ROMEO yang dikembangkan oleh Arlin Dewanti, Vina Azizah dan Qory Kuni Afifah dari Departemen Kebidanan serta Joko Listyanto dan Fuad Hammaminata dari Departemen Elektronika dan Instrumentasi untuk membantu merangsang hormon oksitosin dan melancarkan pengeluaran air susu ibu.
Arlin menjelaskan bahwa prinsip kerja dari ROMEO dan pijatan oksitosin secara manual hampir sama, yaitu dengan memberi tekanan pada titik-titik di sepanjang tulang belakang dan memberikan relaksasi pada ibu.
“Rompi ini dilengkapi sensor infra merah sebagai sensor untuk membantu relaksasi dan motor DC sebagai penggerak bulatan-bulatan yang kerjanya secara melingkar. Rompi pijat otomatis ini diharapkan dapat membantu memperlancar ASI para ibu dalam upaya peningkatan cakupan ASI ekslusif di Indonesia,” paparnya.
Phantom Dilatasi Serviks
Sementara itu, tiga mahasiswa program D4 Kebidanan, Wafda Ardhian Latansyadiena, Titin Setiyani, dan Mentari Evarani, serta dua mahasiswa Program Studi Teknik Elektro, Muhammad Tatag Arifudin Amali dan Faisal Sya’bani, mengembangkan model pembelajaran pembukaan serviks atau phantom dilatasi serviks.
Wafda mengungkapkan bahwa selama ini telah banyak media pembelajaran dilatasi serviks. Hanya saja, model yang ada masih kurang praktis karena masih bersifat terpisah, sehingga 1 phantom hanya memiliki satu dilatasi.
“Dengan phantom yang terpisah-pisah ini cukup merepotkan mahasiswa karena harus membawa 10 phantom untuk 1 keterampilan dilatasi serviks,” urainya.
Phantom Sepuluh Dilatasi Serviks Otomatis atau yang disingkat Phantasi Oto ini merupakan inovasi baru sebagai media pembelajaran untuk mempelajari 10 pembukaan serviks dalam satu phantom. Alat ini menggabungkan antara phantom serviks dengan rangkaian mekanik dan elektronik. Dalam pengoperasiannya, Phantasi Oto memiliki dua mode yaitu mode manual sekuensial menggunakan push button serta mode auto direct option menggunakan aplikasi yang terinstal dalam smartphone. (Humas UGM/Gloria)