Perubahan gaya hidup dan pola makan yang terjadi pada masyarakat dewasa ini dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan, salah satunya adalah penyakit hati. Hati tidak hanya berperan penting dalam metabolisme dan penguraian zat yang bersifat toksik, namun juga memiliki peran dalam reaksi biokimia. Berbagai kerusakan pada hati ini dapat mengakibatkan dampak penyakit seperti hepatitis, cholestasis, steatosis, dan granuloma.
Berangkat dari hal tersebut lima mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada mencoba menemukan solusi atas persoalan tersebut. Mereka adalah Akhmad Esakta, Anissa Nugraheni, Avinda Kumalasari, Jeanette Aline Sarumaha dan Siti Hartinah dibawah bimbingingan Dr. Drh. Retno Murwanti meneliti daun beluntas (Pluchea indica L.) yang diduga berpotensi sebagai agen hepatoprotektor.
“ Daun beluntas mengandung senyawa yang dapat melindungi hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh racun,” kata Akhmad, Jum’at (17/6).
Akhmad menjelaskan bahwa dalam daun beluntas terdapat senyawa myricetin, quercetin, dan kaemferol yang termasuk dalam golongan flavonoid yang dapat berinteraksi dengan reseptor enzim CYP P450. Ditargetkan dari interaksi ini dapat menghambat terbentuknya metabolit toksik misalnya pada metabolit toksik paracetamol.
Penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 bulan betujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektor daun beluntas yang diamati melalui histopatologi hati, SGPT, dan SGOT pada tikus jantan galur Wistar. Selain itu juga diamati interaksi antara senyawa myricetin, kaempferol, dan quercetin dengan reseptor enzim CYP P450 melalui molecular docking sehingga didapatkan Score Docking, RMSD, serta Visualisasi Ikatan Antara Protein Enzim CYP2E1 dengan ketiga ligand aktif tersebut. Adapun untuk menguji kandungan senyawa quersetin dalam ekstrak daun beluntas melalui uji Kromatografi Lapis Tipis ( KLT).
“Hasilnya menunjukkan bahwa daun beluntas dapat mencegah timbulnya kerusakan hati pada hewan coba,” terangnya.
Akhmad mengatakan hasil penelitian ini dapat memebrikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat daun beluntas bagi kesehatan, terutama dalam memberikan perlindungan terhadap kerusakan hati. Daun beluntas dapat menjadi alternatif dalam upaya mencegah kerusakan hati akibat racun dalam tubuh.
Polimorfisme Gen CYP1A1 pada Perokok dan Nonperokok di Yogyakarta
Penelitian di bidang kesehatan juga dilakukan oleh empat mahasiswi Fakultas Kedokteran UGM, Yasmin, Victa Ryza Catartika, Rizky Nur Mainichi dan Hana Fauzyyah Hanifin. Mereka meneliti polimorfisme gen CYP1A1 pada perokok dan nonperokok di Yogyakarta. Gen CYP1A1 sendiri merupakan gen yang mengode enzim yang berperan dalam detoksifikasi. Jika terjadi mutasi pada gen tersebut, maka akan terjadi efek zat toksik yang lebih tinggi.
Hasil penelitian yang mereka lakukan menunjukkan adanya polimorfisme gen CYP1A1 pada perokok maupun nonperokok di Yogyakarta, yaitu tingkat polimorfisme pada perokok relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak merokok. Hal ini kemungkinan terjadi karena kelompok yang tidak merokok pun tetap terpapar oleh rokok. Pasalnya, jumlah orang bukan perokok yang mempunyai polimorfisme gen CYP1A1 ini semakin meningkat dengan meningkatnya paparan rokok per minggu.
“Mengetahui hal tersebut, sudah seharusnya pemerintah mempertegas peraturan mengenai rokok di Indonesia, sehingga harapannya korban akibat rokok akan semakin menurun dan kualitas hidup masyarakat Indonesia semakin meningkat,” ujar Victa. (Humas UGM/Astri & Gloria)