Sejumlah mahasiswa UGM berhasil mengembangkan inovasi sistem mitigasi bencana tanah longsor. Tidak hanya itu, mereka pun membuat alat peraga pembelajaran ilmu kebumian (geosains).
Sistem mitigasi bencana tanah longsor ini diciptakan untuk menekan jatuhnya korban dan mengantisipasi datangnya tanah longsor. Uniknya, sistem ini melibatkan masyarakat dalam melakukan pelaporan gejala longsor di sekitar mereka.
Mereka adalah Eka Damayanti, Suryo Prakoso Putra, Setia Prihatin, Yuniar Rizki, serta Fathian HafizHal, dari Fakultas Teknik UGM. Sistem yang diberi nama Dokter Bensor ini merupakan sebuah aplikasi android yang menampilkan informasi dan menyediakan layanan laporan masyarakat tentang potensi bencana longsor di titik-titik lokasi rawan.
“Informasi dari EWS ekstensiometer diintegrasikan dengan sebuah aplikasi berbasis android yang bisa diakses dan bermanfaat bagi masyarakat dalam mengantisipasi datangnya bencana tanah longsor,” papar Eka, Jum’at (17/6) di Fakultas Teknik UGM.
Aplikasi ini memiliki beberapa menu seperti peta titik penempatan EWS Ekstensiometer berisikan koordinat, lokasi administrasi, tanggal dan jam, besar pergeseran yang terjadi, serta tingkat bahaya. Lalu, menu laporan Anda yang menjadi jembatan informasi dari masyarakat kepada pemerintah dan Badan Penanggulangan Bencana. Menu ini berisi tentang laporan masyarakat yang mengetahui gejala-gejala awal longsor di sekitar mereka. Pada menu ini disediakan kolom komentar tentang gejala longsor dengan klasifikasi tingkat kerentanan bencana longsor.
“Selain itu, dalam aplikasi ini dilengkapi pula dengan peta kerentanan gerakan massa tanah, kalender mitigasi bencana longsor, informasi link BPBD, info bencana longsor terbaru, dan edukasi bencana longsor,”ungkapnya.
Yuniar menambahkan kelebihan aplikasi android ini antara lain adalah laporan Anda yang berisi komentar masyarakat tentang gejala tanah longsor di sekitarnya membuat masayarakat dapat berperan aktif dalam usaha mitigasi bencana longsor. Kendala yang dihadapi oleh pembuatan peta yaitu kesulitan dalam memperoleh data dapat diatasi dengan laporan masyarakat yang cenderung lebih cepat dan efisien. Dengan demikian, peta kerentanan bencana longsor dapat terus diperbarui berdasarkan laporan tersebut.
“Dengan aplikasi ini masyarakat dapat melakukan mitigasi bencana dengan lebih cepat, efektif, dan efisien,”tuturnya. (Humas UGM/Ika)