UGM memberangkatkan 5.813 mahasiswa KKN-PPM 2016. Program KKN-PPM bagi UGM cukup penting untuk memperkokoh jati dirinya sebagai Universitas Pancasila, Universitas Perjuangan, Universitas Kebudayaan, Universitas Nasional, dan Universitas Kerakyatan. Tujuan pengabdian kepada masyarakat UGM adalah untuk melaksanakan kegiatan yang mampu mendorong kemandirian dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Selain itu, tujuan KKN-PPM ini adalah menghasilkan pemimpin sejati, yaitu lulusan UGM yang mempunyai empati dan peduli terhadap permasalahan bangsa, seperti permasalahan sosial hingga masyarakat ekonomi lemah. Harapannya, mahasiwa KKN-PPM ini akan mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada di masyarakat dan mencari penyelesaiannya sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.
Pemberangkatan mahasiswa KKN-PPM 2016 ini dilakukan secara langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, Senin (20/6) di Grha Sabha Pramana UGM. Upacara pemberangkatan dihadiri oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D serta Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Pemberangkatan peserta KKN-PPM diawali dengan upacara simbolis berupa pemecahan 7 buah kendi serta peluncuran program Buku untuk Negeriku terbitan UGM Press. Rencananya, 13.490 Buku untuk Negeriku ini akan dibagikan secara gratis ke berbagai lokasi kegiatan KKN-PPM.
“Sudah menjadi program bagi kami untuk berbakti pada negeri ini. Kita semua dapat menikmati luasnya ilmu pengetahuan melalui buku-buku kami, bahkan masyarakat di pelosok Nusantara pun dapat membaca buku-buku dari UGM,” kata Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Suratman.
Menurut Suratman minat membaca buku di Indonesia, terutama di pelosok Nusantara, masih sangat kurang karena terbatasnya media. Program Buku untuk Negeriku ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat agar dapat membuka jendela dunia seluas-luasnya.
“Harapannya kegiatan seperti ini bisa dilakukan secara terus-menerus sehingga menguatkan visi kerakyatan UGM sebagai gudang ilmu untuk rakyat dalam pengabdian kepada bangsa Indonesia,”tambahnya.
Sementara itu, lokasi kerja KKN-PPM kali ini berada di 33 propinsi, 108 kabupaten, 179 kecamatan dan 276 desa di seluruh Indonesia. Kegiatan terbagi menjadi 4 klaster, yaitu klaster sainstek, klaster agro, klaster sosial humaniora, dan klaster kesehatan. Dari 221 DPL terdapat 17 Guru Besar/profesor yang ikut serta dalam pembimbingan KKN 2016.
Peserta KKN-PPM beserta para Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) secara resmi akan berada di lapangan mulai 20 Juni hingga 7 Agustus 2016. Namun, sebelumnya sudah ada beberapa rombongan mahasiswa dan DPL yang telah berangkat terlebih dulu ke lokasi KKN secara bergelombang. Dari 260 unit KKN, 120 diantaranya sudah berangkat terlebih dulu, khususnya daerah yang ada di luar DIY dan Jawa Tengah.
Selama mengikuti KKN, baik mahasiswa, dosen pembimbing lapangan dan pengelola KKN mendapatkan jaminan bantuan biaya kesehatan dan kecelakaan dari universitas. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya risiko gangguan kesehatan dan kecelakaan selama KKN berlangsung.
“Jaminan berlaku mulai 20 hari sebelum dan 20 hari sesudah KKN,”imbuh Direktur Direktorat Pengabdian, Ir. Irfan Dwidya Prijambada, M.Eng., Ph.D.
Irfan menjelaskan bantuan biaya yang dimaksud antara lain santunan kematian, bantuan darurat untuk evakuasi dan pemulangan jenazah atau kecelakaan, ketidakmampuan yang bersifat tetap, penggantian biaya pengobatan atau perawatan medis atau bedah, serta santunan biaya rawat inap.
Selain itu, UGM juga menyiapkan bantuan biaya pemakaman, santunan patah tulang, santunan karena bencana alam, biaya fisioterapi, biaya konseling trauma dan bantuan alat bantu kesehatan.
“Jadi, sama seperti tahun sebelumnya UGM menyiapkan jaminan berupa bantuan biaya kesehatan dan kecelakaan tersebut,”tegas Irfan
KKN-PPM UGM telah dimulai sejak tahun 1951. Sepanjang sejarah pelaksanaannya KKN-PPM UGM telah menunjukkan manfaat luar biasa besar dalam memberdayakan masyarakat dalam kerangka pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai contoh diantaranya program mengangkat air sungai bawah tanah di DIY Selatan (ada 10 lokasi), penyediaan listrik di Raja Ampat dan Karimunjawa, kesiagaan terhadap bencana longsor (pasang alat sampai pelatihan Kesiagaan bencananya) di banyak tempat termasuk Aceh, Jabar, Jateng, pengembangan pariwisata di Maratua, Wakatobi hingga pengembangan industri coklat di Gunungkidul dan Sawahlunto. (Humas UGM/Satria;foto: Donie)