Sebelumnya, kuliah hanya menjadi impian baginya. Ayah dan ibunya yang hanya bekerja sebagai buruh tani tidak mampu membiayai pendidikannya. Namun, berkat kegigihan dan tekad yang kuat, bungsu dari empat bersaudara ini berhasil menjadi yang pertama di keluarganya untuk mengenyam bangku perkuliahan.
Deny Hermawan merupakan salah satu mahasiswa penerima beasiswa bidik misi tahun ini. Ia diterima kuliah di Program Studi S1 Ilmu dan Industri Peternakan UGM dengan biaya UKT 0. Saat ditemui di rumahnya di Desa Gunungan, Manyaran, Kabupaten Wonogiri beberapa waktu yang lalu, ia mengaku tidak menyangka dapat diterima kuliah di UGM tanpa harus membayar biaya kuliah.
“Waktu itu saya buka pengumuman di sekolah sama teman-teman yang lain, terus ada tulisan ‘selamat Anda diterima jalur SNMPTN’. Saya benar-benar nggak nyangka bisa diterima di UGM. Dan waktu pengumuman UKT, ternyata UKT saya 0,” kisahnya.
Keadaan ekonomi memang membuat orang tuanya mengharapkan ia langsung bekerja selepas lulus dari SMA, sama seperti ketiga kakaknya yang kini merantau ke luar kota dan telah berkeluarga. Tidak pernah terlintas dalam benak Suwarno, ayahnya, bahwa anak bungsunya ini akhirnya dapat berkuliah.
“Sebelumnya sudah saya suruh berhenti, sampai SMA saja. Bapak sudah tidak kuat menyekolahkan kalau mau lanjut lagi. Ternyata bisa diterima Bidik Misi, saya sangat berterima kasih,” ujarnya lirih.
Sehari-hari, Suwarno bekerja sebagai buruh tani yang menggarap sawah milik salah satu kerabatnya. Karena hanya bekerja secara serabutan, penghasilannya pun tak menentu, tergantung banyaknya pekerjaan yang diberikan kepadanya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, terkadang ia harus bergantung pada uang kiriman dari anak-anaknya yang sudah bekerja.
Meski demikian, ia mengaku kagum melihat kegigihan anaknya dalam menuntut ilmu. Sikap Deny yang santun dan rajin beribadah pun membuatnya merasa yakin bahwa nantinya ia akan menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.
“Dia keinginannya memang besar sekali. Tirakatnya juga baik, tidak seperti pemuda lain yang kelakuannya tidak jelas,” ujarnya.
Semangat Deny dalam belajar terlihat jelas ketika ia masih duduk di bangku sekolah dengan nilai yang selalu baik. Berbagai prestasi berhasil ia raih saat mewakili sekolahnya di berbagai kompetisi. Prestasi ini pun membuatnya sempat menerima beasiswa Program Indonesia Pintar yang membantu meringankan biaya sekolahnya.
Dengan kesempatan berkuliah yang ia peroleh, Deny berharap dapat memanfaatkan ilmunya dengan baik untuk membantu orang tuanya. Tidak hanya itu, ia pun memiliki tekad untuk dapat memajukan industri peternakan Indonesia, termasuk mengembangkan potensi yang ada di desanya.
“Saat ini banyak daging-daging impor, jadi saya ingin mendorong produksi daging lokal. Kalau sudah lulus nanti, saya ingin mengembangkan produksi peternakan khususnya di Desa Gunungan ini, supaya bisa jadi ikon peternakan,” jelasnya. (Humas UGM/Gloria)