Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (LPPM UGM) mempunyai program Desa Binaan. Salah satu programnya yang saat ini telah berjalan ialah Penguatan Kapasitas Masyarakat Desa Karangkobar Menuju Desa Tangguh Bencana, yang dilaksanakan di Desa Karangkobar, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara.
Koordinator lapangan, Novia Kristiana, mengatakan Tim Pengabdian untuk Desa Binaan UGM ini diketuai oleh Dr. rer. nat. M. Anggri Setiawan, M.Si., dosen Fakultas Geografi UGM. Kegiatan ini merupakan penyempurnaan dari kegiatan yang pernah dilaksanakan di Karangkobar oleh KKN PPM UGM JTG-01 periode April-Mei 2015, yang kemudian diresmikan menjadi “Desa Binaan UGM” pada periode Juli-Agustus 2015 oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah membentuk masyarakat mandiri dan tanggap bencana serta pengurangan risiko bencana,” papar Novia Kristiana dalam siaran persnya, Senin (27/6).
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai penguatan kapasitas masyarakat Desa Karangkobar dari Desa Tangguh Bencana Madya menjadi Desa Tangguh Bencana Utama dan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain, khususnya yang ada di Banjarnegara yang juga berisiko longsor. Kegiatan sosialisasi dan simulasi siaga bencana yang telah dilaksanakan, Minggu (26/6) ini juga bekerjasama dengan BPBD Banjarnegara, Koramil Karangkobar, Polsek Karangkobar, Puskesmas Karangkobar serta Kepala Desa beserta perangkat Desa Karangkobar.
“Melalui kegiatan sosialisasi dan simulasi yang dilakukan sejak KKN-PPM UGM periode April-Mei 2015, warga telah memiliki kesadaran akan kebutuhan terhadap kesiapsiagaan bencana longsor. Terbukti setelah berakhirnya kegiatan ini ada sebagian warga di wilayah lain yang meminta diadakannya sosialisasi dan simulasi siaga bencana di wilayah mereka,”tuturnya.
Senada dengan itu, Anggri Setiawan mengatakan hingga pertengahan tahun 2016, bencana longsor terus melanda beberapa wilayah di Indonesia. Korban jiwa hingga kerusakan infrastruktur terus membayangi daerah-daerah yang masuk dalam wilayah rawan bencana longsor. Kendati demikian, perhatian pemerintah dalam upaya pengurangan risiko bencana masih cenderung terfokus pada manajemen tanggap darurat.
“Tim UGM membentuk dan mendidik tim relawan dari masyarakat desa yang masuk pada zona kerawanan tinggi,”kata Anggri.
Tim relawan bertugas untuk mendata kondisi demografis setiap rumah, khususnya anggota keluarga yang rentan (ibu hamil, balita, manula, dan warga berkebuthan khusus). Tim relawan dilengkapi dengan peta detail hasil pemotretan UAV untuk mendata lokasi longsor yang pernah terjadi dan indikasi longsor 3R (Retakan tanah/rumah, Rembesan air, dan Robohan pohon) secara kontinu. Selain itu, empat alat peringatan dini longsor (Sipendil) dipasang di Desa Karangkobar sebagai dasar penentuan status waspada, siaga, dan awas dari bencana longsor. (Humas UGM/Satria)