Meningkatnya kebutuhan pangan masyarakat di saat bulan Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri dimanfaatkan beberapa pihak dengan cara-cara yang tidak benar untuk mengambil keuntungan sesaat. Salah satu yang dikhawatirkan adalah beredarnya daging gelonggongan dan ayam tiren (mati kemaren).
Selain itu, beredar pula oplosan daging sapi dengan daging babi (B2), daging kambing dengan daging anjing (B1). Di luar itu, masyarakat diimbau untuk mewaspadai bentuk-bentuk makanan olahan yang sesungguhnya berasal dari daging tikus, daging ular dan lain-lain.
“Daging gelonggongan adalah daging yang didapat dari hewan yang sebelum disembelih terlebih diminumi air secara berlebihan. Bahkan, tak jarang hewan bersangkutan pingsan karena kelebihan minum, baru dipotong. Tujuan dari ini untuk mendapatkan timbangan lebih berat,” ujar Direktur Halal Centre Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono, Ph.D, di Auditorium Fakultas Peternakan UGM, Kamis (30/6).
Berbicara pada Workshop Pengolahan Pangan Halal dan Thoyyib bagi UKM di Sekitar Kampus UGM, Hanung menyatakan makanan yang disajikan dan dijual untuk masyarakat mestinya harus thoyyib. Artinya, makanan yang dikonsumsi memberi rasa aman yang berbasis pada status kesehatan.
“Makanan bisa menjadi tidak aman dan berbahaya jika terkena aneka cemaran seperti cemaran mikrobiologi, kimia dan fisika,” ujar Nanung.
Menurut Nanung pentingnya keamanan pangan bagi produsen dan konsumen karena makanan yang tidak thoyyib dapat mengakibatkan bahaya dan atau timbulnya penyakit yang berbahaya (food-borne diseases). Beberapa pangan berbahaya tersebut diantaranya pewarna non-food grade (Rhodamin-B, Methyanil yellow dan lain-lain), pemanis buatan non-food grade dan sebagainya.
Dr. Nurliyani, M.S, pakar Pengolahan Pangan Berkualitas, berharap semua pihak bisa menyajikan makanan yang baik dan aman. Karena dengan menyajikan makanan yang baik dan aman berarti turut serta meningkatkan kesehatan masyarakat.
Bagi Nurliyani menyajikan makanan yang baik dan aman sangat penting dilakukan. Apalagi, mengingat di kampus UGM sempat mewabah penyakit hepatitis yang menyerang 122 mahasiswa dan 7 tenaga kependidikan.
“Ini dikarenakan terjadi kontaminasi makanan dengan tingkat kebersihan yang kurang terjaga. Sementara beberapa penjual di seputar kampus kurang menjaga kebersihan yang menjadikan makanan tidak higienis. Untuk mencegah penyakit ini sangat diperlukan partisipasi banyak pihak,” ungkap dosen Jurusan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan UGM itu.
Workshop Pengolahan Pangan Halal dan Thoyyib bagi UKM di Sekitar Kampus UGM digelar Fakultas Peternakan UGM dalam rangka Dies Natalis ke-47 sekaligus mengisi kegiatan di bulan Ramadhan 1437 H. Sebanyak 200 peserta dari para pelaku UKM dan mahasiswa hadir dalam kegiatan ini. (Humas UGM/ Agung)