Sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Kalimat itu barangkali tepat untuk menggambarkan kesuksesan Muhammad Wishka Al Hafiidh Suskalanggeng yang berhasil masuk Fakultas Kedokteran UGM. Wiskha, begitu ia sering disapa, berhasil mewujudkan impiannya dan kedua orang tuanya untuk masuk Program Studi Pendidikan Dokter.
Kedua orang tua Wishka, Permana Suskalanggeng dan Dwi Asih Prihati, mengaku senang atas pencapaian Wishka yang mampu masuk pendidikan dokter UGM. Sus, panggilan ayah Wishka, tergolong keluarga yang kurang mampu. Selama ini, Sus bahkan tidak memiliki tempat tinggal. Sus dan keluarga hanya menempati rumah milik saudaranya yang kini merantau di Kalimantan. Sus adalah tulang punggung keluarga. Sus bermata pencaharian sebagai pemulung sejak 8 tahun yang lalu. Setiap hari, Sus keliling untuk mencari rongsokan dari satu desa ke desa yang lain dengan motor tua miliknya yang acap kali mogok. Biasanya, Sus akan memungut sampah yang ia temui di jalan atau berhenti di rumah-rumah warga yang membutuhkan jasanya.
Menurut Sus ia tidak memiliki modal untuk membeli rongsok milik warga. Warga lebih sering memberinya rongsokan secara cuma-cuma dan menyuruh Sus untuk sekalian membersihkan pekarangan atau rumah pemilik rongsok. Dari bersih-bersih itulah kadang Sus mendapat uang tambahan. Dalam sebulan Sus rata-rata mengantongi uang sejumlah Rp900.000,00 untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya.
Meski berpenghasilan pas-pasan, Sus tetap mengupayakan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Beruntung anak-anaknya tergolong rajin dan berprestasi. Anak-anaknya mendapat BOS sehingga dapat sekolah secara gratis dan meringankan beban Sus. Bahkan, Wiskha semenjak SD, SMP, dan SMA sering menjadi juara kelas. Wishka bahkan lulus SMA dengan predikat nilai paling tinggi se-SMA 1 Sleman dan nomor empat tingkat provinsi DIY. Selain itu, Wishka juga sempat meraih Juara 2 Olimpiade Fisika Paket Hari Ilmiah se-Jawa Bali pada Oktober 2015.
Sempat Ragu
Pada mulanya Wishka sempat ragu atas pilihannya untuk masuk pendidikan dokter. Keraguaannya berdasarkan tingginya passing grade Prodi Pendidikan Dokter UGM yang sudah tentu banyak peminatnya. Namun, ibunya terus meyakinkan pilihan Wishka . “Awalnya ia sempat ragu, tapi saya terus meyakinkannya bahwa ia mampu masuk pendidikan dokter,” kata Dwi di rumahnya di Dusun Saragan, Pendowoharjo, Sleman, baru-baru ini.
Meski sebelumnya Wishka sempat gagal masuk pendidikan dokter UGM lewat jalur SNMPTN, hal tersebut tidak membuatnya menyerah dan kemudian memutuskan mengikuti SBMPTN. Wishka pun akhirnya lolos lewat jalur SBMPTN. “Waktu tidak diterima SNMPTN, kemudian saya belajar giat lagi supaya dapat lolos di tes SBMPTN. Alhamdulillah, lewat jalur SBMPTN akhirnya saya diterima di pendidikan dokter UGM,” jelas Wishka.
Saat ini, Wishka tengah berusaha untuk mendapatkan beasiswa Bidikmisi agar dibebaskan dari biaya perkuliahan. Pasalnya, dengan pengahasilan yang ayahnya dapat sekarang, jangankan untuk biaya kuliah, untuk biaya sehari-hari saja sudah pas-pasan. “Saya sedang mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk persyaratan beasiswa bidikmisi. Semoga saya dapat diterima sehingga meringankan beban orang tua,” ujar Wishka.
Ibu Wishka berharap kelak ilmu yang didapat Wishka dapat berguna untuk orang banyak khususnya adiknya. Penyakit yang diderita adik Wishka turut menjadi motivasi Wishka untuk masuk pendidikan dokter. Adik Wishka selama ini harus melakukan pengobatan jangka panjang terkait sakit pada saraf perut yang diderita adiknya. “Semoga kelak Wishka dapat merawat adiknya yang selama ini sakit dengan ilmu yang ia dapatkan,” ungkap Dwi.
Senada dengan istrinya, Sus berharap Wishka tidak hanya berguna bagi keluarga dan orang banyak melainkan juga dapat mengubah derajat keluarganya menjadi lebih baik dengan ilmu yang dia miliki. “Bagi saya yang terpenting dapat berguna bagi orang banyak, itu saja sudah cukup,” tambah Sus. (Humas UGM/Catur;foto: Donnie)