Kebutuhan tenaga dokter hewan di daerah saat ini diperkirakan mencapai 20 ribu orang namun jumlah dokter hewan yang tersedia baru mencapai 12 ribu orang. Ada kekurangan sekitar 8.000 dokter hewan untuk memenuhi kebutuhan profesi dokter hewan dengan 33 bidang pekerjaan. “Kebutuhan profesi dokter hewan masih tinggi bahkan masih sangat kurang pada semua lini,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Dr. Joko Prastowo, M.Si., dalam acara pelantikan dokter hewan di Gedung Auditorium FKH UGM, Selasa (19/7).
Menurut Joko kondisi di daerah saat ini masih menghadapi masalah ketersediaan dokter hewan yang masih kurang disamping masih menghadapi tantangan revitalisasi peran dokter hewan dalam 150 intansi yang khusus menangani kesehatan hewan. Dengan beragamnya bentuk dan formasi otoritas veteriner, kata Joko, mau tidak mau diperlukan koordinasi dokter hewan dalam menanganai kasus yang muncul di bidang kesehatan hewan di Indonesia.
FKH UGM, kata Joko, telah berhasil dan mencetak tenaga dokter hewan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sebanyak 4.723 dokter hewan. “Kali ini ada 16 dokter hewan baru yang sudah dilantik,” katanya.
Untuk memenuhi ketersediaan jumlah tenaga dokter hewan, tambahnya, pemerintah dan lembaga pendidikan tinggi tidak tinggal diam. Menurut Joko yang dilakukan pendidikan tinggi adalah membuka prodi pendidikan dokter hewan. Apabila sebelumnya hanya ada lima universitas yang mendidik calon dokter hewan namun saat ini bertambah menjadi 11 perguruan tinggi. “Kalo dulu ada 5 sekarang sudah ada 11 universitas, terakhir Universitas Padjajaran. Sementara Unair memperluas jangkauan hingga Banyuwangi, khusus dokter hewan di Banyuwangi, upaya ini dilakukan untuk antisipasi dokter hewan asing ke Indonesia. Namun tidak perlu pesimis, calon dokter hewan dari Malaysia juga belajar ke kita (FKH UGM),” imbuhnya.
Menurut Joko tantangan dokter hewan hewan saat ini tidaklah ringan karena mereka harus bertanggungjawab untuk melindungi kehidupan kesehatan hewan serta menghindari risiko yang ditimbulkan masuknya hama, penyakit, organisme, yang datang dari luar. “Semua tantangan itu membuat dokter hewan harus menjadi pembelajar sepanjang hayat dan memperbarui pengetahuannya,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Pengurus Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) DIY, Dr. drh. Widagdo Sri Nugroho. Menurut Widagdo profesionalitas seorang dokter hewan belumlah cukup untuk meningkatkan derajat kesehatan hewan dan peternakan nasional. Diperlukan dokter hewan yang memiliki visi ke depan, konsisten dalam mendorong tercapainya program swasembada daging. “Dari dulu pemerintah selalu menyerukan swasembada daging tetapi kondisi di lapangan, banyak hal yang tidak sesuai, kita ingin meningkatkan populasi, tapi kita sering berhenti di tengah jalan, model kebijakannya sering berubah akhirnya swasembada daging tidak kesampaian,” jelasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)