Dosen IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, M. Ied Al Munir, berhasil meraih doktor bidang Ilmu Filsafat di UGM. Ujian terbuka program doktor dilakukan pada Selasa (19/7) di Auditorium Gedung C Fakultas Filsafat. Gelar doktor diraih Ied setelah sukses mempertahankan disertasinya yang berjudul “Konsep Makna dalam Positivisme Logis Alfred Jules Ayer : Implikasinya terhdadap Perkembangan Filsafat san Ilmu”.
Positivisme logis lingkungan di Wina, Inggris diperkenalkan dan diteruskan oleh Alfred Jules Ayer. Dia mencoba menemukan rumusan yang tepat untuk prinsip verifikasi dan mengatasi permasalahan lingkungan di Wina. Atas dasar itu lah M. Ied Al Munir melakukan penelitian yang bertujuan untuk menemukan, mendeskripsikan, merefleksikan konsep makna dalam positivisme logis Alfred jules Ayer.
Ied juga mencoba menjabarkan dan menemukan implikasi positivisme logis Alfred Jules Ayer.
“Penelitian ini juga mencoba membedah kelemahan dan kelebihan dari positivsme logis Alfred Jules Ayer,” ujar Ied.
Ied menemukan bahwa implikasi langsung yang tidak dapat terelakkan dari positivisme logis Ayer melalui prinsip verifikasi adalah penghapusan terhadap metafisika (the elimination of methaphysics). Implikasi prinsip verifikasi terhadap penghapusan metafisika tidak berhenti di situ saja. “Penolakan terhadap metafisika hanya sebuah awal dari suatu implikasi yang lebih luas terutama terhadap persoalan etis dan teologis,” papar Ied.
Ied menambahkan pengaruh paling mendasar dari prinsip verifikasi bagi ilmu adalah unifikasi atau panyatuan ilmu ke dalam satu atap yakni fisika (fisikalisme atau physicalism). “Usaha unifikasi ilmu telah berlangsung lama, khususnya oleh lingkungan Wina,” jelas Ied.
Kemudian Ied juga menjelaskan bahwa prinsip verifikasi juga berpengaruh terhadap metode ilmiah yakni prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan yang telah ada. “Pengaruh terhadap metode ilmiah misalnya bahwa verifikasi dalam metode ilmiah tidak seharusnya hanya berupa verifikasi empirik tidak langsung atau hanya secara prinsip saja,” tambahnya.
Lebih jauh Ied memaparkan jika positvisme logis memiliki beberapa kelemahan diantaranya berakar dari adanya paksaan untuk memberlakukan parameter fisika terhadap bidang ilmu lainnya, terutama filsafat. Meski demikian, Ied mengatakan bahwa fisikalisme juga dipandang sebagai awal tumbuhnya kesadaran baru tentang pentingnya metodologi sebagai asumsi awal yang melatarbelakangi berbagai kegiatan ilmiah. (Humas UGM/Catur)