Bisa melanjutkan kuliah tentunya menjadi sebuah mimpi bagi kebanyakan orang. Apalagi, bisa diterima masuk kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi keluarga besar Mukijab, warga Patangpuluhan, Yogyakarta yang 3 anggota keluarganya secara bersamaan diterima kuliah di UGM.
Putri kedua Mukijab, yaitu Qotru Alnaday diterima masuk program sarjana Perawatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Lalu, putri sulungnya Rizqa Salsabila Firdausia lolos seleksi program S2 Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Sementara itu, dirinya sendiri diterima dalam program S3 Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM.
“Ini pasti bagian dari skenario Allah Subhanahuwataala. Semoga saya dan keluarga bisa menunaikan amanat ini sampai selesai,” kata Mukijab belum lama ini.
Mukijab sehari-hari dikenal sebagai wartawan Pikiran Rakyat Bandung. Ia juga tercatat sebagai dosen tamu di perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Dia tidak menduga dirinya bersama dua putrinya akan kuliah bersama di UGM. Ketika dia memproses pendaftaran pascasarjana Sosiologi tidak ada indikasi anak pertama yang lulus farmasi di sebuah perguruan tinggi swasta Yogyakarta dan tengah menempuh profesi farmasi akan mendaftar kuliah juga. Saat proses aplikasi berlangsung, dia terkejut kalau anak pertamanya sedang mendaftar program pascasarjana UGM. Yang diketahui sejak awal adalah merencanakan mendaftar kuliah anak kedua, yang baru saja lulus SMA 2 Yogyakarta.
“Kalau bahasa gurauan teman-teman wartawan, saya mendapat lailatul qodar, karena anugerah kuliah satu keluarga di UGM ini diperoleh pada Ramadan 1437 Hijriyah,” kata Mukijab.
Pengumuman penerimaan mahasiswa baru program S2 dan S3 UGM telah dipublikasikan pada 29 Juni lalu. Sementara hasil ujian tulis atau seleksi mandiri program sarjana UGM dipublikasikan Jumat (1/7).
“Kalau saya pribadi yang merencanakan kuliah bersama-sama dua anak di kampus yang sama, kok rasanya sulit menjadi kenyataan,” ujarnya.
Disinggung bagaimana biaya kuliah tiga orang, dia menyatakan harus memeras otak untuk mengatasinya. Karena faktor usia masuk setengah abad, aplikasi biaya di lembaga tertentu seperti beasiswa LPDP ditolak dengan alasan usia melebihi ketentuan. Karena itu, dia akan bekerja keras untuk mendapatkan beasiswa dan sumber biaya kuliah bertiga dari berbagai lembaga lain yang bisa membantunya.
“Saya bisanya ikhtiar dan berdoa semoga Allah memberi rejeki yang banyak dari manapun datangnya untuk membiayai kuliah kami. Saya yakin Gusti Allah ora sare (tidak tidur),” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)