Penerapan caring pada pelayanan keperawatan di rumah sakit, termasuk IGD, hingga kini belum memuaskan pasien dan keluarganya. Maka, tidak mengherankan jika muncul banyak keluhan dari masyarakat terhadap pelayanan IGD rumah sakit di beberapa wilayah di Indonesia.
Menurut Jebul Suroso, S.Kp., M.Kep, dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Purwokerto, banyak faktor yang menyebabkan pelayanan keperawatan di rumah sakit belum memuaskan. Diantaranya, pengukuran caring di IGD saat ini belum menggunakan instrumen yang spesifik sesuai dengan karakteristik IGD.
Hal lain, karena belum diperhatikannya aspek administrasi dan lingkungan. Padahal, pengukuran caring dengan alat ukur yang tidak spesifik mengakibatkan hasil pengukuran yang tidak valid. Sementara tidak adanya instrumen dan standar caring, khusus pelayanan IGD berisiko, menimbulkan dampak negatif pada pelayanan.
“IGD merupakan salah satu unit terdepan dan pintu masuk pasien ke rumah sakit. Unit ini memberikan pelayanan pertama pada pasien, khususnya yang bersifat gawat dan darurat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan caring di pelayanan gawat darurat perlu memperhatikan aspek administratif caring, aspek lingkungan, disamping aspek perilaku caring perawat sendiri,” ujar Jebul Suroso, di Fakultas Kedokteran UGM, Jum’at (22/7) saat menempuh ujian terbuka Program Doktor.
Menurut Jebul Suroso keunikan dari tiap ruang rawat dan karakteristik budaya manusia menjadi tantangan tersendiri bagi penelitian di bidang kesehatan dan keperawatan untuk menyatukan konsep teori dalam pemberian pelayanan keperawatan. Demikian pula dengan keunikan pelayanan di instalasi gawat darurat rumah sakit.
Dari penelitian yang dilakukan, Jebul Suroso menjelaskan sedikitnya sepuluh indikator diperlukan untuk memenuhi kebutuhan caring pasien pada pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit. Diantaranya, cepat dan tanggap dalam pelayanan, jelas dalam pemberian informasi, ramah sopan dan adil.
Selain itu, perawat, diharapkan memberikan perhatian, mendoakan dan memotivasi pasien, serta kompeten dalam tindakan. Sementara ruangan dituntut selalu bersih dan nyaman, fasilitas dan peralatan lengkap, keamanan, kejelasan dan kemudahan administrasi, dan waktu tunggu pelayanan dan pindah ruang.
“Karena itu, instrumen caring pelayanan keperawatan IGD sejak draf awal 60 item, direvisi pertama menjadi 50 item dan revisi kedua menjadi 46 item dan versi pendek 20 item. Agar instrumen caring pelayanan keperawatan IGD rumah sakit memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas harus meliputi validitas isi, uji daya diskriminasi item, uji reliabilitas instrumen dan validitas konstruk,” katanya. (Humas UGM/ Agung)