Bersikap tenang dalam menghadapi masalah menentukan berhasil tidaknya sebuah perkara diselesaikan. Meski begitu, ketenangan harus disertai dengan doa dan itikad baik agar semuanya memberikan hasil yang maksimal.
Laura Elva Apriyana Br Singarimbun, alumnus SMA Negeri 1 Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara melakukan itu. Dua kali erupsi besar di tahun 2010 dan 2013 Gunung Sinabung menguatkan sikapnya untuk selalu tenang.
Bayangkan saja, rumah Laura di Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo hanya berjarak 4 km dari puncak gunung Sinabung. Saat erupsi besar pertama di tahun 2010, ia masih duduk di bangku SMP.
“Saat itu tahun 2010, saya masih kelas dua SMP, kejadian meletus pas tengah malam, semua langsung berlari. Saya sempat libur panjang, mengungsi karena bencana. Sekolah pun buka lagi, tapi sore hari, gantian dengan sekolah lain,” ujar Laura.
Erupsi besar kedua gunung Sinabung terjadi di tahun 2013. Laura Elva saat itu sudah duduk di kelas X, SMA Negeri 1 Kabanjahe, Kabupaten Karo. Ia sudah tidak lagi mengungsi karena kos di dekat SMA Negeri 1 Kabanjahe.
Baginya sudah tidak mungkin lagi menempuh pulang pergi ke sekolah, karena jaraknya yang sangat jauh. Lebih kurang 60 km jarak dari rumah menuju ke SMA Negeri 1 Kabanjahe, karena itu orang tua memutuskan Laura kos dekat sekolah.
“Letusan besar kedua ini, saya tidak ikut mengungsi karena sudah kos di Kabanjahe. Hanya saja, kalau saya kangen sama orang tua dan adik pulangnya ke pengungsian, tidak lagi di rumah,” aku Laura.
Laura bercerita, di saat letusan besar kedua praktis kedua orang tuanya tidak memiliki pendapatan. Ladang dimana tempat orang tuanya bekerja rusak diterjang awan panas. Bahkan, orang tua dan adiknya tinggal di pengungsian yang kedua jauh lebih lama dibanding yang pertama.
Laura mengaku semua yang ia alami membuatnya semakin kuat. Ia pun mengaku tidak surut semangat, bahkan terus menata kehidupan di SMA Negeri 1 Kabanjahe dengan belajar dan belajar.
Hal itu ia lakukan agar nilai rapornya selalu baik. Tidak hanya belajar, ia pun pun aktif di Organisasi Intra Sekolah (OSIS) SMA Negeri 1 Kabanjahe. Aktif di OSIS menjadikan Laura memiliki banyak kenalan baru dan teman yang luas.
“Tidak melulu urusan organisasi, kepada teman-teman sering juga minjam buku-buku. Kalau pas tahu ada kakak kelas yang pintar aku juga suka nanya-nanya pelajaran ke dia,” cetusnya.
Maka, tidak mengherankan nilai rapor Laura Elva selalu baik dan menunjukkan grafik naik. Rapor di kelas X dan XI nilai rata-ratanya B dan B+, lantas di kelas XII semester I nilai rata-rata A-.
“Kan sudah diterapkan kurikulum 2013, nilainya dengan huruf dan aku suka pelajaran Matematika dan Biologi. Bahasa Inggris bagus, tapi ya tidak bagus-bagus banget, dan sekarang saya sangat bersyukur diterima di Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian UGM,” ucapnya tersenyum.
Laura yang memiliki pribadi tidak bisa diam ternyata menyimpan banyak talenta. Dara yang suka membaca, menyanyi dan menonton ini pernah meraih juara 1 pidato se-Kabupaten Karo dan juara 1 vokal group.
“Untuk lomba pidato bertema anti Narkoba karena saat itu lomba dalam rangka memperingati Hari Anti Narkoba. Sementara untuk vokal group dalam rangka pekan budaya Kabupaten Karo,” ucapnya.
Laura bertutur ingin meneruskan semua hobi dan prestasi yang pernah ia raih saat kuliah di UGM nanti. Ia berkeinginan aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara, Voli dan Tari.
Sebagai sulung dari tiga bersaudara, Laura ingin menjadi teladan bagi dua adiknya Titania (SMA) dan Ebi (SD). Selain itu, ia pun berharap bisa menjadi anak kebanggaan orang tuanya.
Junaidi Singarimbun, ayah Laura, merasa senang dan bangga anaknya diterima kuliah gratis di UGM. Dengan hasil yang diraih Laura ini, menurut Junaidi, bisa menjadi hiburan atas segala bencana yang dialami selama ini.
“Ya saya berharap Laura bisa cepat menyesuaikan, bisa belajar dan kuliah dengan baik dan lancar. Saya hanya bisa berdoa semoga ia bisa menjadi anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsa,” tutur Junaidi Singarimbun. (Humas UGM/ Agung)