Penggunaan bahan konstruksi dari bambu yang cepat tumbuh sebagai pengganti kayu dapat menjadi solusi jangka panjang terhadap permasalahan pemanasan global. Balok bambu laminasi yang memilki karakter seperti kayu dapat dibuat dengan ukuran sesuai kebutuhan sehingga menaikkan daya dukung. Namun demikian, kegagalan bidang rekatan atau kurang sempurnanya daya rekat antar bilah bambu laminasi masih menjadi permasalahan, sehingga diperlukan cara untuk meminimalkan terjadinya gelincir horizontal antarlamina.
“Terjadinya gelincir horizontal antarlamina pada balok bambu laminasi mengakibatkan terjadinya rusak geser sehingga kekuatan balok bambu laminasi belum melampaui kekuatan bahan dasar bambu yang digunakan,” ujar Iskandar Yasin saat mengikuti ujian terbuka program doktor, Rabu (27/7) di Departemen Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik UGM.
Perilaku menyatu antarlamina, menurutnya, dapat terjadi jika gelincir horizontal dapat dicegah, yaitu bila geser horizontal antar muka ditahan oleh shear connector pada setiap jarak interval tertentu sehingga memberikan sambungan secara mekanik. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan sistem incising atau melubangi lamina bidang rekat dengan kedalaman dan diameter tertentu pada interval jarak yang ditentukan. Adhesive yang mengisi lubang-lubang incising ini akan mengeras menjadi shear connector sehingga adhesive berfungsi sebagai perekat juga sebagai shear connector lamina mekanik.
Dalam disertasinya, ia meneliti sifat fisika dan sifat mekanika bahan dasar bambu petung yang telah dikempa dengan masing-masing variasi tekanan kempa, pengaruh lekatan antara adhesive dengan material dasar bambu, serta kekuatan balok bambu laminasi dengan pola jarak incising shear connector perekat dan tekanan kempa yang optimum. Sifat fisika yang diteliti meliputi kadar air dan kerapatan, sementara sifat mekanika meliputi kuat geser sejajar serat, kuat tarik sejajar serat, kuat tekan sejajar serat, kuat tekan tegak lurus serat, modulus of elastisitas, serta modulus of rupture.
Melalui penelitian yang dilakukan, salah satu hasil yang ia peroleh adalah bahwa penggunaan shear connector adhesive menaikkan daya lekat antarlamina pada pengujian blok geser laminasi dengan kuat geser rata-rata mencapai optimum pada jarak incising 4×4 mm dan pada tekanan kempa 2 MPa dengan nilai kuat geser rata-rata 8,158 MPa. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan kuat geser sebesar 22,71% dbandingkan kuat geser rata-rata blok laminasi referensi.
Selain itu, ia juga memperoleh besaran tegangan geser pada balok bambu laminasi dengan berbagai pola incising dan tekanan kempa. Variasi yang ia lakukan pada kedua hal ini pun menunjukkan perbedaan yang signifikan pada sifat mekanika balok bambu laminasi.
“Pengujian eksperimental tegangan geser balok laminasi yang optimum adalah pada pola jarak incising 4×4 dengan tekanan kempa 2 MPa yaitu sebesar 11,76 MPa,” jelas dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ini. (Humas UGM/Gloria)